250 Penderita Thalasemia di Kalbar

250 Penderita Thalasemia di Kalbar


KUMPUL
Puluhan anak-anak penderita thalasemia berkumpul di Klinik Thalasemia RSUD dr Soedarso, Sabtu (22/6). Abdul Halikurrahman/Rakyat Kalbar

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Puluhan anak tampak sehat dan ceria. Penuh semangat. Dinding di ruangan bergambar kartun membuat mereka betah beramian. Anak-anak itu sepintas seperti tidak sakit. Padahal, mereka bagian dari 250 penderita Thalasemia di Kalbar.

Sabtu (22/6) lalu, anak-anak tersebut berkumpul di Klinik Thalasemia RSUD dr Soedarso. Sebelumnya, anak-anak penderita thalasemia tersebut diikutkan dalam kegiatan pelantikan Pengurus Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassaemina Indonesia (POPTI) Kalbar, sekaligus Seminar Thalasemia di Aula RSUD dr Soedarso.

Dari berbagai referensi, secara singkat, penyakit thalasemia merupakan penyakit kelainan darah bawaan genitik. Yang ditandai oleh kurangnya protein pembawa oksigen (hemoglobin). Dan, jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal.

Sampai saat ini, secara medis, penderita thalasemia belum bisa disembuhkan. Penderita thalasemia, mesti rutin melakukan transfusi darah. Supaya kondisi tubuhnya tidak droop.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harry Agung mengungkapkan, jumlah penderi thalasemia di Kalbar mencapai 250 orang. Tersebar di 14 kabupaten/kota.

Untuk menekan supaya jumlah penderita thalasemia tidak bertambah, maka harus dilakukan pencegahan munculnya penderita baru. Dalam upaya melakukan pencegahan itu, yang harus dilakukan adalah memberikan edukasi kepada masyarakat secara masif. “Karena ini penyakit genetik, maka harus diupayakan agar tidak ada perkawinan antar penderita thalasemia,” katanya.

Sebab itu, sebelum melakukan pernikahan, disarankan agar pasangan calon suami-istri melakukan cek darah terlebih dahulu. Sehingga potensi bawaan gentik thalasemia bisa didetiksi secara dini. “Semua pihak, secara dini harus melakukan screening sejak awal. Terutama kepada keluarga yang punya riwayat thalasemia,” pesanya.

Harry menyatakan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sangat konsen dalam penanganan penderita thalasemia. Karenanya, RSUD dr Soedarso, kini telah memiliki klinik khusus. Untuk melayani perawatan pengidap thalasemia.

Klinik yang ada saat ini, kata Harry, akan terus ditingkatkan sarana dan prasarana pelayananya. Terutama, tenaga kesehatan dan pendukung lainnya. “Unit transfusi darah rumah sakit juga harus dikuatkan,” pungkasnya.

Direktur RSUD dr Soedarso, drg Yulia Astuti Saripawan mengungkapkan, dari 250 penderita thalasemia yang ada di Kalbar, 80 penderita diantaranya, rutin melakukan pengobatan di Klinik Thalasemia RSUD dr Soedaeso. “Terjauh, ada penderita yang berasal dari Tayan (Kabupaten Sanggau) dan Landak,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, hingga saat ini, di Kalbar baru dua unit Klinik Thalasemia. Satunya berada di RSUD Sambas. Dan satunya lagi di RSUD dr Soedarso, Pontianak.

Sementara itu, Di RSUD dr Soedarso, kini juga telah ada fasilitas rumah singgah. Khusus untuk penginapan keluarga pasien thalasemia, yang akan melakukan pengobatan. “Fasilitas rumah singgah ini sewanya relatif murah. Per kepala hanya Rp10 ribu,” sebutnya.

Saripawan mengatakan, kedepan pelayanan Klinik Thalasemia RSUD dr Soedarso, akan terus ditingkatkan. Terutama, dalam penyediaan pendonor darah tetap. “Kedepan kita akan berkoordinasi dengan sektor lainnya, terutama kepada sektor yang terjadi ketika transfusi. Selain itu, kita juga akan meningkatkan fasilitas laboratorium dan MRI (magnetic resonance imaging, Red),” katanya.

Mantan Direktur RSUD Kota Pontianak itu menambahkan, RSUD dr Soedarso, kini sudah punya 33 klinik layanan kesehatan masyarakat. “Termasuk salah satunya pelayanan klinik thalasemia,” ujarnya.

Sedangkan Ketua POPTI Kalbar yang baru saja dilantik, Windi Prihastari mengapresiasi dukungan Pemerintah Provinsi Kalbar yang sangat konsen memberikan pelayanan khusus bagi penderita thalasemia.

Sebagai organisasi pemerhati penderita kelainan darah itu, POPTI kata dia, tentu punya program-program kerja yang bersifat kemanusiaan. “Kita ada program setiap bulan harus mendapatkan pendonor tetap minimal 12 orang, untuk kebutuhan transfusri penderita thalasemia,” katanya.

Pendonor tetap tersebut, secara berkala diinventarisir dan diinput dalam database. Menurutnya, sampai saat ini, kebutuhan darah untuk transfusi penderita thalasemia masih kurang.

Sebagian besar penderita yang berasal dari daerah, ketika ke RSUD Soedarso untuk melakukan transfusi, acap kali kesulitan mendapat stok darah. Meskipun PMI selama ini sudah memprioritaskan kantong darah untuk anak-anak thalasemia.

Pendonor darah untuk transfusi penderita thalasemia tidak sembarang. Pendonornya harus tetap. Tak boleh silang. Untuk pembiayaan transfusi darah bagi pengidap thalasemia, kini sudah ditanggung BPJS Kesehatan.

 

Laporan: Abdul Halikurrahman

Editor: Yuni Kurniyanto