Makassar,
24 Oktober 2025 –
Di tengah derasnya arus informasi
digital, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menegaskan pentingnya
kolaborasi antara media sosial dan media mainstream untuk membangun ekosistem
informasi yang kredibel.

Pesan
itu menjadi benang merah dalam kegiatan MediaConnect: Dari Clickbait Jadi
Kredibel
yang digelar Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media
(DJKPM) di Makassar, Kamis (23/10).

Direktur
Jenderal Komunikasi Publik dan Media (KPM) Kemkomdigi, Fifi Aleyda Yahya, menegaskan
bahwa kecepatan informasi tidak seharusnya mengorbankan akurasi.

“Media sosial
memberi kecepatan dan kedekatan, sedangkan media mainstream memberi kedalaman
dan kredibilitas. Kalau dua kekuatan ini disatukan, kita bisa punya ekosistem
informasi yang disukai sekaligus dipercaya,” ujar Fifi.

Ia
pun menambahkan, pada masa di mana semua orang dapat menjadi penyampai pesan,
tanggung jawab etika dan akurasi semakin besar.

“Masalahnya sekarang bukan
siapa yang paling cepat menyebar, tapi siapa yang paling bisa dipercaya. Karena
di era banjir informasi, yang paling berharga bukan klik, tapi kredibilitas,”
tegasnya.

Dalam
suasana yang hangat, Fifi turut membagikan kisah pribadinya sebagai jurnalis
berdarah Makassar.

“Saya ini berdarah Makassar dari garis ibu. Orang Makassar
itu pencerita sejati. Dulu mereka bertukar cerita di warung kopi, sekarang
caranya lewat posting-an. Tapi tantangannya sama: menjaga agar cerita itu tetap
benar,” ucapnya.

Menurut
Fifi, fenomena clickbait yang mendewakan sensasi telah memunculkan
“krisis kepercayaan publik”. “Berita buruk memang cepat menyebar, tapi harga
dari sensasi itu mahal. Rusaknya kepercayaan publik akibat hoaks dan
misinformasi,” ujarnya.

Menjaga Ruang Digital Tetap Aman dan Sehat

Saat
yang sama Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kemkomdigi, Alexander
Sabar, turut mengungkap bahsa saat ini pemerintah berkomitmen menjaga ruang
digital tetap aman namun sekaligus tetap menghormati kebebasan berekspresi
masyarakat.

“Pemerintah
tidak ingin membungkam kebebasan. Kami menjaga keseimbangan antara ruang
digital yang aman dengan hak-hak warga negara,” jelas Alexander.

Ia
menuturkan, Kemkomdigi saat ini menjalankan dua pendekatan besar dalam menjaga
ruang digital, patroli aktif dan penanganan reaktif. Patroli aktif dilakukan 24
jam untuk mendeteksi dan menindaklanjuti konten negatif melalui sistem moderasi
konten nasional (SAMAN) dan kolaborasi dengan berbagai platform digital.
Sementara itu, penanganan reaktif dilakukan melalui kanal aduankonten.id dan aduan
instansi, di mana masyarakat dan lembaga pemerintah dapat melaporkan konten
bermasalah.

Data
terbaru Kemkomdigi mencatat bahwa sepanjang 25 Agustus hingga 21 Oktober 2025,
pemerintah telah menangani 3.943 konten disinformasi, fitnah, dan kebencian
(DFK) di berbagai platform digital, termasuk Facebook, YouTube, X (Twitter),
TikTok, dan Telegram. Sementara itu, 1.674 isu hoaks telah diidentifikasi
sepanjang satu tahun terakhir (Oktober 2024–Oktober 2025).

“Tren
ini menunjukkan bahwa disinformasi masih menjadi ancaman serius. Karena itu,
upaya kolaboratif antara pemerintah, media, akademisi, dan masyarakat sipil
menjadi sangat penting untuk memastikan ruang digital tetap sehat,” tutur
Alexander.

Dari Klik Menuju Kredibilitas

Dalam
forum yang dihadiri lebih dari 300 peserta yang terdiri dari jurnalis,
mahasiswa komunikasi, akademisi, dan kreator konten, turut hadir jurnalis
senior Fenty Effendy, dan Wahyu Aji.

Fenty
mengingatkan kembali nilai-nilai dasar jurnalisme yang berakar pada empati dan
tanggung jawab sosial, sementara Wahyu Aji menunjukkan bahwa “berita baik pun
bisa viral”, menandakan bahwa kredibilitas dan kebermanfaatan bukanlah hambatan
untuk menarik perhatian publik.

Melalui
kegiatan MediaConnect, Kemkomdigi berupaya memperkuat kolaborasi lintas
sektor untuk memperbaiki ekosistem informasi nasional. Kegiatan ini tidak hanya
menjadi ajang diskusi, tetapi juga sarana edukasi publik untuk melawan misinformasi
dan memperkuat literasi digital.

MediaConnect merupakan bagian
dari agenda Kementerian Komdigi untuk memperkuat komunikasi publik yang efektif
dan inklusif. Komunikasi publik bukan sekadar menyampaikan pesan, tetapi juga
membangun koneksi, mendengarkan publik, dan menciptakan ruang dialog yang sehat.

Menutup
kegiatan, Fifi Aleyda Yahya menyampaikan salam dari Menteri Komunikasi dan
Digital, Meutya Hafid, yang juga berdarah Makassar dan menitipkan pesan agar
generasi muda terus menjadi pelopor perubahan positif di dunia digital.


Share.
Exit mobile version