Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversitas karena kekayaan hayatinya yang tinggi. Kawasan hutan kita luas. Keanekaragaman hayati yang kita miliki sejatinya bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Namun sepertinya paradigma kita masih belum sampai pada kesadaran tersebut. Sebagai contoh sederhana, selama ini kita memaknai hutan hanya sebatas produksi kayu sebagai komoditas ekonomi. Pemahaman kita akan potensi hasil hutan non kayu masih terbatas sekali. Padahal hasil hutan nonkayu seperti resin, rotan, madu, dan aneka flora fauna merupakan potensi yang sangat besar jika dikelola dengan baik. Kedepan kita perlu merubah paradigma yang memandang kayu sebagai komoditas utama.
Keanekaragaman hayati yang kita punya perlu didata, kemudian dikaji pemanfaatannya untuk kesejahteraan bangsa ini. Kesadaran mengenai betapa banyak potensi tanaman pangan, potensi tanaman obat, potensi binatang bermanfaat, potensi ekowisata dan lain-lain perlu dimunculkan. Pengetahuan dan cara berpikir yang berbasis pada keanekaragaman hayati secara komprehensif, paket teknologi, dan pengembangan pasar merupakan modal dasar membangun masa depan sektor kehutanan.
Sebagai negara tropis, Indonesia dikaruniai kekayaan jenis lebah yang tinggi. Kita adalah negara
dengan kekayaan jenis lebah madu dari marga Apis yang terbanyak di dunia. Di luar lebah madu
apis, Indonesia memiliki sekitar 40 jenis lebah tanpa sengat atau lazim disebut kelulut/klanceng/teuweul. Sebagian besar bisa dikembangkan sebagai lebah penghasil madu. Sungguh suatu ironi karena faktanya kita masih menjadi negara pengimpor madu.
Atas hal diatas Dalam rangka mendukung pengelolaan keanekaragaman hayati yang bernilai konservasi tinggi (HCV) dan melihat kawasan hutan yang tersisa diantara kawasan terbangun, perkebunan dan penggunaan lahan lainnya kadang kurang mendapat perhatian serta potensi hutan yang salah satunya sebagai tempat hidup flora dan fauna untuk itu beberapa waktu yang lalu Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sanggau melalui Bidang Ruang Terbuka Hijau dan Kehati melakukan Kaji Tiru Budidaya Madu Kelulut ke KPH Sintang Utara. Kegiatan Kaji Tiru ini dipimpin langsung oleh Kepala Bidang RTH dan Kehati Herlina Matanapasinggi, S.T.
Kegiatan Kaji Tiru Budidaya Madu Kelulut ini diterima oleh Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang dan beberapa pejabat fungsiolan di KPH Sintang Utara. pada kesempatan ini melalui pejabat fungsional penyuluh kehutanan di KPH Sintang Utara yang menjadi narasumber dalam paparan budidaya madu kelulut ini menyampaikan sistem dan cara budidaya madu kelulut mulai dari belajar membuat rumah atau sarang lebah, panen sampai pasca panen.
Sementara itu Abang Diansyah salah satu petugas pengelola Taman Kehati di Kota Sanggau yang ikut dalam kegiatan ini menuturkan” kegiatan ini sangat kami nantikan, karena dengan kegiatan ini kami dapat belajar bagaimana mengembangkan potensi hutan khususnya di Taman Kehati di Kota Sanggau dapat membawa nilai ekonomis dan salah satunya potensi budidaya madu kelulut kami juga berharap kegiatan kaji tiru ini dapat dilanjutkan dalam praktek nantinya” tutur Abang Diansyah sekaligus menutup pembicaraan ini.