Wabup Sanggau Mengisi Kegiatan Obrolan Budaya Bersama RRI Entikong dan SP Sanggau

SANGGAU, Wakil Bupati Sanggau Drs.Yohanes Ontot, M.Si mengisi kegiatan Obrolan Budaya RRI Entikong & SP Sanggau dengan tema “Dori’ Mpulor Identitas Keragaman Dayak di Kabupaten Sanggau”. bertempat di Rumah Betang Raya Dori’ Mpulor Desa Sungai Mawang Kecamatan Kapuas Kab. Sanggau, Kamis (14/01/2021).

Dalam perbincangan tersebut Wakil Bupati Sanggau Drs.Yohanes Ontot, M.Si yang juga merupakan Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sanggau menyampaikan bahwa rumah betang merupakan simbol kebersamaan masyarakat adat dayak, disitu tumbuhnya rasa kekeluargaan satu sama lainnya dan semangat gotong royong tetap terpelihara. Nah, di era sekarang ini masyarakat adat dayak hanya sebagian kecil saja yang masih tinggal di rumah betang di kampung tertentu dan Rata-rata sudah memiliki rumah atau tempat tinggal sendiri, lanjutnya.

Rumah betang dulu merupakan tempat tinggal yang dihuni oleh banyak kepala keluarga, dan sekarang rumah betang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat adat dayak dalam pelestarian adat dan budaya yang merupakan warisan leluhur agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman, saat ini rumah betang sebagai tempat pelaksanaan kegiatan gawai dayak setiap tahunnya dan di Kabupaten Sanggau sendiri rumah betang Dori’ Mpulor merupakan tempat pelaksanaan pekan gawai dayak tingkat kabupaten yang dilaksanakan setiap tanggal 7 Juli setiap tahunnya dan itu sebagai puncak penutupan gawai di Kampung-kampuang, jelas pak Ontot.

Selanjutnya berkaitan dengan kegiatan gawai, Ketua DAD yang merupakan Wakil Bupati dua periode tersebut menjelaskan bahwa gawai atau nosu minu podi, merupakan ungkapan syukur masyarakat adat terhadap sang Pencipta atas hasil panen padi yang diperolehnya, nosu minu podi artinya mengambil semangat pagi di bekas ladang salah satu milik masyarakat adat kemudian padi tersebut dibawa dan di simpan di jurong atau lumbung padi di dekat rumah betang, selanjutnya dalam momen gawai selain ritual adat, juga makan bersama setiap kontingen dari 15 kecamatan dan tamu undangan, serta berbagai perlombaan seni budaya seperti : pertandingan menumbuk padi, tarian kreasi, pencak silat tradisional, memasak lemang, lagu daerah, pangka gasing, mendongeng, berpantun, memahat, mengukir dll. itu semua merupakan kearifan lokal warisan leluhur yang harus dilestarikan, paparnya.

Dimasa pandemi Covid 19 ada beberapa kegiatan adat tahunan suku dayak di kampung-kampung masih digelar dengan penerapan protokol kesehatan atau ruang lingkup keluarga saja, sedangkan untuk tingkat kabupaten hanya dilaksanakan ritual adat nosu minu podi saja dan kegiatan pertunjukan seni budaya ditiadakan.
“Tahun 2020 lalu memang pengurus DAD Kabupaten Sanggau menyampaikan kepada Pengurus DAD di tingkat kecamatan untuk melaksanakan ritual yang disebut tolak bala dimana ritual tersebut merupakan wujud partisipasi masyarakat adat dayak dalam membantu pemerintah sebagai upaya pemutusan mata rantai covid19 dengan unsur kearifan lokal”, ujarnya.

Selanjutnya Wakil Bupati Sanggau Drs.Yohanes Ontot, M. Si yang juga merupakan ketua DAD juga menyampaikan ungkapan terima kasih kepada masyarakat Dayak Kabupaten Sanggau karena dapat mengikuti arahan Pemerintah Daerah dimana pelaksanaan ritual gawai dayak dilaksanakan dalam skala kecil sesuai arahan pemerintah.
“kepada generasi muda teruslah lestarikan adat dan budaya leluhur, selain dikenal orang luar juga agar budaya yang kita miliki tidak hilang tergerus oleh peradaban dunia modern, “pesanya.

Di akhir kegiatan Obrolan Budaya tersebut Wakil Bupati Sanggau mengajak seluruh masyarakat secara umum untuk melihat dan berkunjung di rumah Betang Dori’ Mpulor dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

hadir dalam kesehatan tersebut, Sekjen DAD Kab. Sanggau Urbanus, S. Sos. Bidang Humas DAD Kab. Sanggau Sukardi, S. Kom dan Tim RRI Entikong.

Penulis : Yos

Editor : Sukardi