KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) TENTANG PENCEGAHAN DAN BAHAYA PENYAKIT ASF DI KECAMATAN ENTIKONG

KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) TENTANG PENCEGAHAN DAN BAHAYA PENYAKIT ASF DI KECAMATAN ENTIKONG


Untuk menindaklanjuti Surat Kepala Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat No. 524.3/616/DPPKH/E1 perihal Peningkatan Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever (ASF), Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Sanggau, Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) melakukan KIE di Kec. Entikong pada tanggal 9 Maret 2021. Entikong adalah Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia, dimana kasus ASF mulai mewabah pada bulan Februari tahun 2021.

Untuk mengantisipasi dan mencegah masuknya ASF di Kab. Sanggau, perlu dilakukan upaya tepat, cepat dan efektif. Salah satu upaya yang dilakukan Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, yaitu melakukan KIE pada pedagang, penjual, dan  pengepul ternak Babi. Berdasarkan keterangan dari Camat Entikong yang juga ditemui di hari yang sama, diketahui ada 3 (tiga) tempat pemotongan babi yang ada di Kecamatan Entikong.

Saat dilakukan pengecekan di lokasi, hanya 2 (dua) tempat saja yang masih aktif, yaitu milik Ibu Wiwi dan Ibu Emi yang bertempat di Desa Semanget. Dua tempat ini pun sudah jarang beroperasi kurang lebih 1 bulan ini karena harga babi yang sedang tinggi. Adapun keterangan dari pemiliknya, babi yang mereka potong adalah babi yang berasal dari peternakan babi singkawang dan memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) sehingga ada jaminan bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Untuk saat ini pun mereka juga tidak mengambil ternak babi dari Malaysia karena Pintu PLBN ditutup dan ada larangan pemasukan ternak babi dari Malaysia oleh Badan Karatina Pertanian (BKP) Entikong.

Komunikas, informasi dan Edukasi (KIE) yang disampaikan kepada pemilik tempat pemotongan dan penjual babi adalah tentang penyakit ASF yang sekarang mulai menjadi outbreak di Negara Malaysia, tepatnya Sabah. ASF adalah penyakit virus menular yang menyerang babi dengan tingkat mortalitas hingga 100%. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi pada sektor peternakan babi dan belum ada vaksin untuk melawan virus ASF. Gejala klinis penyakit ini adalah demam tinggi 420C dan kematian dalam 5-10 hari, pendarahan pada kulit sehingga terlihat bintik-bintik kemerahan/ungu pada kulit, muntah, diare dan keguguran pada ternak bunting.

Diharapkan setelah adanya KIE dari Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, pemotong dan penjual ternak babi lebih waspada dan mematuhi aturan untuk tidak membeli ternak babi dari Malaysia. Selain itu diharapkan juga kepada masyarakat untuk melaporkan pada Dinas terkait jika menemui gejala yang berkaitan dengan penyakit ASF.


DPP