Antisipasi Masuknya Penyakit African Swine Fever (ASF) di Kalimantan Barat

Antisipasi Masuknya Penyakit African Swine Fever (ASF) di Kalimantan Barat


Rapat Koordinasi antisipasi masuknya penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika, ke Kalimantan Barat di hadiri oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kepala Balai Karantina Kesehatan Hewan, Perangkat Daerah lingkup Provinsi Kalimantan Barat, Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, Kepala Satgas Perbatasan, dan undangan lainnya. diselenggarakan di Kantor Gubernur Kalimantan Barat (14/11/2019). Wakil Gubernur Kalimantan Barat yang dalam arahannya menyampaikan bahwa, ASF ini sudah hampir mendekati masuk ke Indonesia, terakhir pada bulan September teridentifikasi di Negara Timor Leste. Kalbar berpotensi masuknya penyakit ASF ii dikarenakan bahwa memiliki potensi peternakan babi yang cukup besar dan wilayahnya berbatasan dengan negara lain. Penyakit ASF ini memberikan dampak sosial maupun ekonomi bagi masyarakat. Penyebaran ASF ini sangat cepat maka perlu sinergi dari berbagai pihak terkait untuk mencegah masuknya penyakit ini di Kalimantan Barat. Sementara vaksin untuk menanggulanginya belum ditemukan. Instruksi Wakil Gubernur dalam hal ini adalah : Peningkatan pengawasan dan pengetatan masuknya babi dari luar, Bekerjasama lisntas sektoral, Memperkuat Komunikasi, Informasi dan Edukasi di masyarakat, Melakukan koordinasi dengan bandar udara dan pelabuhan, Peningkatan pengawasan kesehatan babi dan segera melaporkan jika ditemukan gejala penyakit ASF kepada Dinas Peternakan, Peternak babi harus meningkatkan Bio Security untuk ternaknya.

African Swine Fever (ASF) atau demam Babi Afrika merupakan virus yang tidak berbahaya bagi manusia, tetapi mematikan untuk babi. Sejauh ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah penularan virus tersebut. Untuk kasus Asia, virus African swine fever pertama kali menjangkit China lebih dari satu tahun yang lalu. Wabah kemudian meluas ke Kamboja, Vietnam, dan kini menyebar hingga ke Timor Leste. Timor Leste merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia, khususnya Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dua negara itu berbagi wilayah di Pulau Timor yang terletak di sebelah utara Australia. Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) memperketat pemeriksaan barang, khususnya untuk produk pertanian demi upaya mencegah penyebaran virus African swine fever atau demam babi Afrika. Penyakit ini menyebabkan kematian hingga 100 persen pada babi yang diternakkan (domestikasi), juga dapat menulari babi liar yang lebih tahan dan dapat menjadi reservoir virus. Penyakit babi ini diketahui dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi pada sektor peternakan babi. Virus ASF dapat menyebar dengan mudah, baik melalui melalui kontak langsung dengan babi ataupun ektoparasit (caplak) yang terkontaminasi, pemberian pakan babi yang berasal dari sisa daging babi atau produk olahannya yang tidak dimasak sempurna, material pembawa (fomites) termasuk pekerja, pengunjung, petugas, peralatan peternakan, dan kendaraan serta pakan mentah yang terkontaminasi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan yakni dengan membentuk tim surveilans untuk melakukan pengawasan dan respon penyakit secara partisipatif bersama masyarakat dengan edukasi, pendampingan dan penyeliaan peternak/rumah tangga peternak babi, pentingnya melaporkan dan memberikan rekomendasi kepada Bupati/Walikota untuk penerbitan Peraturan Bupati/ Walikota untuk pembatasan lalu lintas babi dan produk babi, penutupan wilayah serta mengupayakan dana tanggap darurat pada Pemerintah Kabupaten/Kota. Menghindari keresahan masyarakat terhadap bahaya ASF, penyakit ini tidak berbahaya bagi  manusia atau bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat (non-zoonosis). Namun demikian, virus ini dapat bertahan lama dalam suhu dingin maupun panas dan relatif tahan terhadap disinfektan serta sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif melawan virus ASF. Setelah babi terinfeksi, cara paling efektif untuk mencegah penyebaran adalah dengan memusnahkan populasi babi yang tertular. Kabupaten Sanggau merupakan daerah ke-7 di Kalimantan Barat yang jumlah populasi ternak babinya tinggi. Sampai dengan tahun 2018 tercapat sebanyak 33.587 ekor dari total populasi sebanyak 493.786 ekor. Populasi yang besar ini memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah maupun semua pihak agar jangan sampai terjangkitnya penyakit ASF ini. Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh Kabupaten sebagai Rencana Aksi adalah : Penyusunan rencana penanggulangan ASF/PMHS lainnya, Pembuatan rencana kontinjensi, Pelatihan pencagahan dan mitigasi dan Gladi kesiapsiagaan terhadap bencana.


DPP