Ratusan desa di Kalbar dalam kondisi rentan ketahanan pangan

Ratusan desa di Kalbar dalam kondisi rentan ketahanan pangan



Pontianak (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalbar terus memaksimalkan upaya peningkatan status ketahanan pangan dengan berbagai langkah agar ada perbaikan dengan signifikan karena saat ini masih ada 599 kondisi sangat dan agak rentan.

“Hasil analisa Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan (FSVA) Kalbar 2021 secara komposit, menunjukkan bahwa masih terdapat 33 Kecamatan (18,97 persen) dari 174 kecamatan dan 599 Desa (29,49 persen) dari 2.031 desa yang berada dalam prioritas 1-3, atau dikategorikan dalam kondisi sangat rentan – rentan – agak rentan. Untuk itu perlu upaya peningkatan status ketahanan pangan,” ujar Sekda Kalbar, Harrison di Pontianak, Kamis.

Ia menambahkan bahwa dilihat dari Indeks Desa Membangun (IDM) 2020, desa FSVA prioritas 1-3, tersebar di desa tertinggal sebanyak 169 desa, desa berkembang sebanyak 304 desa, desa maju sebanyak 93 dan desa mandiri sebanyak 33 desa.

“Dengan potret yang ada perlu ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan atau dimaksimalkan,” jelas dia.

Ia hal yang perlu diperhatikan yakni meningkatkan optimalisasi lahan sawah secara lebih intensif pada lahan dengan penanaman satu kali menjadi dua kali tanam. Kemudian meningkatkan produktivitas per hektar dengan memberikan dukungan penyediaan sarana dan prasarana produksi yang lebih memadai seperti pupuk dan pengairannya.

Selanjutnya, meningkatkan dan menjaga kemantapan infrastruktur untuk mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan distribusi. Perlu juga meningkatkan akses listrik sampai di tingkat rumah tangga, secara lebih efisien atau biaya murah.

“Mendorong pembentukan dan pengembangan lembaga ekonomi produktif di masyarakat untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap sistem ekonomi yang konvensional di mana petani sangat tergantung kepada tengkulak/ijon sebagai perantara (produsen — pasar),” kata dia.

Tidak kalah penting menurutnya memperkuat cadangan pangan tingkat provinsi, kabupaten/ kota dan desa, termasuk cadangan 4 pangan di masyarakat dengan memperkuat lumbung-lumbung pangan.

Untuk langkah sendiri penting menjaga konsistensi program atau kegiatan dan meningkatkan koordinasi untuk sinergi antar sektor pengampuh sesuai 9 (sembilan) indikator FSVA. Melakukan intervensi kegiatan sesuai lokus dan indikator yang signifikan dari prioritas 1-3, serta tetap konsisten menjaga dan meningkatkan status ketahanan yang sudah cukup baik (prioritas 4-6).

Selanjutnya, melaksanakan kegiatan dengan melibatkan berbagai unsur di tengah masyarakat agar terbangunnya harmonisasi dalam upaya meningkatkan keberdayaan ekonomi dan sosial di masyarakat. Kemudian melakukan antisipasi dalam penanganan ancaman kerawanan/kerentanan pangan yang bersifat “transien” akibat banjir, perubahan cuaca atau iklim, dengan kebijakan memperkuat cadangan pangan.

“Perlu juga membentuk dan memfasilitasi forum kelompok diskusi untuk membantu merumuskan membuat rekomendasi §penanganan memantau perkembangan kondisi ketahanan pangan di Kalbar,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalbar, Heronimus Hero bahwa FSVA sebagai instrumen yang digunakan untuk mengukur indeks ketahanan pangan dapat dimanfaatkan untuk sebagai bahan perencanaan dalam mengatasi berbagai permasalahan lain yang mendukung perbaikan IPM dan stunting seperti infrastruktur, kesehatan, pendidikan, perbaikan ekonomi, dan kemiskinan.

“Hal itu karena parameternya sudah terukur dalam FSVA sampai pada lokasi kecamatan dan desa.Jadi intervensi kegiatan dan program dari berbagai sektor bisa lebih tepat sasaran ke lokasi yang sudah terpetakan dalam FSVA,” kata dia