data:post.title

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALU PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DI KELAS VIII A SMP NEGERI 1 JANGKANG


SMP Negeri 1 Jangkang, Kabupaten Sanggau

ABSTRAK

Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh
perolehan
nilai
rata-tara siswa
pada semester
genap tahun pelajaran 2016/2017, belum memuaskan karena rata-rata
nilai siswa di bawah KKM, yakni 70
.
Siswa dianggap berhasil dalam belajar secara klasikal jika telah mencapai
85%, dan mendapatkan nilai di atas
KKM
atau sama dengan KKM. Masalah utama dalam penelitian ini
yaitu, “ Bagaimanakah
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Dengan Menggunakan Metode
Kooperatif Tipe Make A Macth di
Kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang. Tujuan penelitian ini  adalah untuk mengetahui peningkatan  hasil belajar siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Dengan Menggunakan Metode
Kooperatif Tipe Make A Macth di
Kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan .
Sedangkan bentuk
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas diartikan sebagai suatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran di kelas secara profesional.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Jangkang, penelitian semester ganjil bulan  November  tahun 
2016.
Sedangkan Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VII
I
A dengan jumlah
26
siswa yang terdiri dari : laki-laki 1
3 siswa  dan
perempuan 1
3
siswa.
Peningkatan hasil
belajar siswa dapat dilihat dari naiknya rata-rata kelas dari pra siklus
sebesar
61,69%
kemudian siklus I sebesar
72,12%
dan pada siklus II terdapat peningkatan sebesar
77,4% dengan jumlah siswa mencapai KKM ?
70 , pada pra siklus sebanyak
8
orang siswa, siklus I sebanyak 1
8
orang siswa dan siklus II sebanyak 2
7 orang siswa . Persentase ketuntasan pada pra siklus 35%, siklus I 73% dan sikus II 92%, terjadi peningkatan persentase
ketuntasan siswa dari pra tindakan ke siklus I yakni 3
8 % dan terjadi peningkatan persentase
ketuntasan dari siklus I ke siklus II yakni
19%.
Kata Kunci: peningkatan
hasil belajar,
Metode Kooperatif, Tipe Make A Match
            Pendidikan adalah usaha sadar dalam
rangka menyiapkan siswa melalui bimbingan pengajaran, dan latihan agar siswa
dapat memainkan peranannya dimasa yang akan datang. Pendidikan adalah kebutuhan
batiniah yang memegang peranan penting dalam usaha mengembangkan kualitas
manusia, seperti yang dinyatakan dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sitem
Pendidikan Nasional yaitu :
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk  watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggungjawab.
Pada
saat ini pendidikan menjadi salah satu kebutuhan bahkan suatu keharusan dalam
kehidupannya. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu hal
penting yang harus diperhatikan dalam suatu proses belajar mengajar untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
            Guru perlu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan, guru harus selalu kreatif dan inovatif dalam
melakukan pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan,
dan antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran
yang dilaksanakan berkualitas dan berprestasi yang dicapai siswa memuaskan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa, yaitu dengan
menggunakan pembelajaran aktif, di mana siswa dapat mengeluarkan gagasannya,
memecahkan masalah dan dapat menerapkan apa yang mereka pelajari.  Belajar aktif merupakan langkah cepat,
menyenangkan, mendukung dan menarik hati dalam belajar untuk mempelajari
sesuatu dengan baik.
            Berdasarkan pada perolehan nilai
siswa pada semester genap tahun pelajaran 201
6-2017 
kemarin belumlah memuaskan karena rata-rata nilai siswa masih di bawah
KKM, belum mencapai KKM yakni 70,siswa dianggap berhasil dalam belajar secara
klasikal apabila telah mencapai 85%, dan telah mendapatkan nilai di atas KKM,
hal ini di sebabkan karena pada semester 
sebelumnya yakni kelas VII, guru masih menggunakan metode pembelajaran
yang masih bersifat konvensional yaitu metode bercerita atau ceramah, yang
mengharapkan siswa duduk,diam, dengar, catat dan hafal, metode ini selalu
digunakan dan menjadi pilihan dalam penyampaian materi, dengan metode ini
mengakibatkan menurunnya motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik
dan berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.
Motivasi sangat penting dalam
pembelajaran IPS Terpadu, sehingga pada saat pembelajaran berlangsung siswa
bisa aktif.
            Pembelajaran dengan menggunakan
metode bercerita atau ceramah yang biasa di terapkan dalam pembelajaran IPS
Terpadu, menyebabkan siswa lebih cenderung bosan, siswa kurang aktif dalam
bertanya, menjawab pertanyaan yang di tanyakan oleh guru secara lisan,
kebanyakan siswa berpendapat bahwa pelajaran IPS sangat membosankan, monoton,
hal ini dapat dilihat masih kurangnya penguasaan materi pelajaran IPS oleh
siswa. Guru kadang merasa kebingungan apakah siswa mengerti dan menerima materi
pelajaran yang di sampaikan oleh guru atau malah siswa tidak menerima atau
tidak mengerti tentang materi yang di sampaikan, karena pada saat guru
mengulang materi dan menanyakan tentang materi yang sudah di sampaikan siswa
hanya duduk terdiam, dan pura-pura berpikir padahal tidak tahu apa yang
dipikirkan,siswa bersikap acuh tak acuh dan kurang antusias untuk mengikuti
proses belajar mengajar, terkadang mereka malah berbicara dengan temannya yang
lain ketika guru sedang menjelaskan, sehingga situasi kelas sedikit gaduh.
            Setelah didiskusikan dengan rekan
guru IPS Terpadu di SMP Negeri 1 Jangkang, maka rendahnya hasil belajar siswa
kelas VIII A disebabkan oleh dua fa
ktor yakni : dari pihak guru seperti, guru masih
berperan dominan dalam PBM karena masih menggunakan metode ceramah, guru belum
melibatkan siswa dalam pembelajaran, guru tidak menggunakan teknik lain yang
digunakan dalam PBM, siswa tidak pernah diberi tugas, dari pihak siswa
disebabkan oleh : minat belajar siswa masih rendah, kurangnya perhatian siswa
terhadap materi pelajaran, malas mengerjaka
n tugas.
            Untuk meningkatkan hasil belajar,
pen
ulis sekaligus
guru mata pelajaran IPS Terpadu menganggap perlu perubahan dalam teknik/metode
dalam pembelajaran IPS bisa digunakan secara bervareasi, salah satu metode yang
dapat digunakan adalah metode cooperative
learning
, dalam metode kooperatif ini pen
ulis memilih tipe Make A Match, diharapkan dengan penggunaan tipe Make A Match  ini bisa membuat siswa lebih tertarik dan
tidak jenuh karena dalam proses pembelajaran ini yang sangat menarik, di
harapkan dengan menggunakan teknik ini proses belajar mengajar akan lebih
hidup, mengasyikkan, siswa bisa lebih aktif baik bertanya ataupun dalam
menjawab pertanyaan, dan yang lebih di harapkan lagi meningkatnya hasil belajar
siswa menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan semester sebelumnya.
            Berdasarkan latar belakang yang
dikemukakan, pen
ulis
menetapkan masalah utama dalam penelitian ini yaitu, “ Bagaimanakah Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Dengan
Menerapkan metode Kooperatif tipe Make A
Macth
di kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang” Untuk menfokuskan masalah
dalam penelitian ini maka
dibuatlah
sub-sub masalah, adalah sebagai berikut :1
) Bagaimanakah penerapan  metode kooperatif tipe Make A Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang?
2) Bagaimanakah peningkatan  hasil belajar siswa melalui penerapan metode
kooperatif tipe Make A Match pada
mata pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII A 
SMP Negeri 1 Jangkang?
            Berdasarkan rumusan masalah dan
sub-sub masalah yang telah dikemukaan, maka tujuan penelitian ini  adalah untuk mengetahui peningkatan  hasil belajar 
dengan menggunakan metode kooperatife tipe Make A Match dalam pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII A di SMP
Negeri 1 Jangkang
.
Secara khusus penelitian bertujuan, yaitu :
1)  Untuk mengetahui penerapan metode kooperatif
tipe Make A Match dalam upaya
meningkatkan  hasil belajar siswa di
kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang dalam mata pelajaran IPS Terpadu
. 2) Untuk mengetahui peningkatan  hasil belajar siswa melalui penggunaan metode
kooperatife tipe Make A Match di
kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang.
            Adapun
manfaat yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas melalui penggunaan
metode kooperatif tipe make a match untuk
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII A di
SMP Negeri 1 Jangkang, adalah :
1) Manfaat Teoritis.Secara teoritis, hasil penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan, dan dapat
dijadikan alternatif strategi pembelajaran dalam pelajaran IPS Terpadu
. 2)  Manfaat
Praktis
. a) Bagi
siswa, diharapkan siswa dapat menambah
wawasan dan menambah ilmu pengetahuan yang luas khususnya di dalam mata
pelajaran IPS Terpadu.
b)  Bagi guru, diharapkan
penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi guru mata pelajaran IPS Terpadu dan
alternative dalam pembelajaran IPS terpadu untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
c)
Bagi Sekolah
, diharapkan
penelitian ini bisa untuk pertimbangan dalam menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan dapat memotivasi guru bidang studi yang lain untuk menggunakan
metode kooperatif
.
          Belajar adalah suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahankah tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interksi dengan
lingkungannya (Slameto dalam Kodir, 2011 : 20), sedang Prayitno (2009 : 203)
menyatakan bahwa  belajar merupaka proses
perubahan tingkah laku individu yang diperoleh melalui pengalaman, melalui
proses stimulus respon, melalui pembiasaan,melalui peniruan, melalui pemahaman
dan penghayatan, melalui aktivitas individu untuk meraih sesuatu yang
dikehendakinya.
Menurut
Wardhana, Y (2010 : 3), belajar di anggap sebagai perubahan perilaku yang
merupakan akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar merupakan proses
perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, belajar bukan sekedar
mengumpulkan pengetahuan, tetapi merupakan proses mental yang terjadi dalam
diri seseorang, sehingga menyebabkan perubahan perilaku.
            Usman dan Setiawati (2001 : 5)
menyatakan belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya, seseorang yang telah
mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuan, keterampilan, maupun aspek sikap, misalnya dari yang tidak bisa
menjadi bisa, dari yang ragu menjadi yakin. Kriteria keberhasilan dalam belajar
diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
individu yang belajar.
Belajar
merupakan kebutuhan hidup manusia yang self
generating
yaitu mengupayakan dirinya sendiri agar dapat menuju tujuan
tertentu dengan peningkatan diri. Belajar dilakukan manusia baik secara sadar
maupun tidak sadar. Ada dua macam dorongan yang membuat manusia terus belajar
sepanjang hidupnya, yaitu : agar mampu mencapai kemandirian dan mampu beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan. Belajar bukan hanya untuk pembentukan pola pikir
te tapi lebih bersifat menyeluruh yang menjadikan seseorang menjadi manusia
seutuhnya.
            Belajar yang efektif dapat membantu
siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan
instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru
harus memperhatikan kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal
adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan,
keterampilan, kemampuan dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang
ada diluar pribadi siswa,  misalnya ruang
belajar yang bersih, sarana dan prasarana belajar yang memadai dan sebagainya.
Hasil belajar dapat dijelaskan
dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.
Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu
aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.
Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada
individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi
hasil belajar. Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai suatu bahan yang sudah diajarkan.
Purwanto (Erthy, 2014 : 26) mengatakan, untuk mengaktualisasikan hasil belajar
tersebut diperlukan sebagai serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi
yang baik dan memenuhi syarat.
            Menurut Winarno Surakhmad (1980 :
25) hasil belajar diartikan sebagi ulangan, ujian atau tes, maksud ulangan
tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan
siswa, atau suatu prestasi belajar siswa yang dicapai siswa dalam proses
kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah
laku seseorang.
Menurut Udin Syaefudin Sa ud,M.Ed. (2009 : 118)
bahwa hasil suatu pembelajaran di samakan dengan tujuan yang ingin dicapai dari
suatu perbuatan. Keberhasilan suatu proses pengajaran biasanya diukur dari
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.
            Selanjutnya Suprijono (2009 : 5)
hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk Gagne (Suprijono, 2009 : 5)
hasil belajar berupa : (1). Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan rangsangan spesifik. Kemampuan
tersebut tidak memerlukan  manipulasi
symbol, pemecahan masalah maupun penerapan atura,(2) Keterampilan intelektual
yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas, (3) Strategi
kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya
sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan
masalah,(4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani, (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
            Hasil belajar merupakan salah satu
bentuk penilaian dalam pelaksanaan kurikulum ada dua hal yang sangat penting
untuk dijadikan sasaran evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu hasil
belajar siswa tiap semester dan daya capai kurikulum pada tiap sekolah. Hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki sisa setelah menerima pengalaman belajar
(Sudjana, 2010 : 22).
Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2009 : 3) hasil belajar merupakan tujuan akhir
dilaksanakannya kegatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat
ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah
kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut proses belajar. Akhir dari
proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar kelas. Semua hasil belajar
tersebut merupakan  hasil dari suatu
interaksi tindk belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
            Gagne dalam Sudjana (2010 : 22)
mengembangkan hasil belajar  menjadi lima
macam antara lain : (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar
terpenting dari sitem lingsikolastik, (2) strategi kognitif yaitu cara mengatur
belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan
memecahkan masalah, (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas
emosional yang dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan
bertingkah laku terhadap orang dan kejadian, (4) informasi verbal, pengertian
dalam arti informasi dan fakta, dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan
yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan
lambang.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan dalam jangka waktu
tertentu hasilnya dilihat dari prestasi atau perubahan tingkah laku yang
terjadi pada diri siswa. Menurut Purwanto 
(1990 : 103 ) dalam bukunya psikologi pendidikan hasil belajar akan
dipengaruhi oleh beberapa fa
ktor
, yaitu  (a) fa
ktor intern meliputi : (1)
kematangan, (2) kecerdasan dan intelegensi, (3) lstihsn atau ulangan, (4)
motivasi, (5) sifat pribadi, (b) fa
ktor ekteren meliputi : (1) tingkat sosial ekonomi orang tua, (2)
lingkungan, (3) fasilitas belajar, (4) fa
ktor guru dan cara mengajar. Dari pendapat beberapa ahli yang
telah mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan suatu hasil yang didapat siswa dalam periode tertentu
melalui suatu proses belajar mengajar dengan adanya suatu perubahan tingkah
laku yang lebih baik, dan dinyatakan dengan suatu angka-angka.
2.  Metode Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) 
Anita
Lie (1992 : 12) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang memberikan kesempatan  kepada siswa
untuk bekerjasama dengan sesama siswa lainnya dalam menyelsaikan tugas-tugas
terstruktur.
Depdiknas (2003 :
5) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah
merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil sisa yang saling bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan.  Menurut Usman (2002 :30) pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, selain itu juga
efektif untuk mengembangkan ketrampilan social siswa.
Menurut
Nurhadi ( 2003 : 60 ) yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah suatu
system yang didasarkan pada alas an bahwa manusia sebagai makhluk individu yang
berbeda satu sama lain sehingga konsekwensi logisnya manusia harus menjadi
makhluk yang berinteraksi dengan sesam
a, sedangkan 
Suprijono, Agus (2010 : 54), yang dimaksud dengan pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Berdasarkan beberapa pengertian
mengenai pembelajaran yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah,
merupakan pembelajaran dengan pengelompokan siswa, yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi untuk mencapai tujuan dan pengalaman yang
optimal baik individu maupun kelompok.
Anita
Lie (2004 : 31) menyatakan bahwa ada lima unsure dalam model pembelajaran
kooperatif yaitu :
1) Saling
keterganungan posistif artinya dalam pembelajaran kooperatif guru menciptakan
suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling ketergantungan positifmenuntut adanya interaksi promotif yang
memungkinkan sesame siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar
yang optimal.
2) Tanggungjaab
positif, artinya unsurini merupakan akibat langsung dari unsur pertama, setiap
siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik.
3)Tatap muka, artinya setiap kelompok
harus diberikan kesempatan bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini
akan memberikan peran pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan
semua siswa.
4) Komunikasi
antar anggota, arinya unsure ini menghendaki agar pembelajaran dibekali dengan
berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi, keberhasilan suatu kelompok
juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5) Evaluasi proses kelompok, artinya
pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan efektif.
Jadi
dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima unsure yang harus terpenuhi agar
mencapai hasil yang maksimal.
Muslimin
Ibrahim, dkk (2000 : 7) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu :
1) Hasil belaajaar akademik,
pembelajaran kooperatif bertujuan meningkatkan penilaian siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2) Penerimaan terhadap perbedaan
individu. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda
latar belakang  dan kondisi untuk bekerja
saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama.
3) Pengembangan ketrampilan social,
tujuan penting ketiga dari dari pembelajaran kooperatif ialah mengajarkan
kepada siswa ketrampilan kerjasam dan kolaborasi. Ketrampilan ini amat penting
untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian
besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan
dimana masyarakat secara budaya semakin beragam.
Anita
Lie ( 2004 : 17 ) menyebutkan ada beberapa kebaikan proses pembelaajaran
kooperatif adalah sebagai berikut : 1). Sisswa dapat meningkatkan kemampuannya
untuk bekerjasam dengan siswa yang lain. 2) Siswa mempunyai lebih banyak
kesempatan untuk menghargai perbedaan. 3). Partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran dapat meningkat.4) mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya
diri). 5). Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif. 6).
Meningkatkan prestasi belajar siswa.
Anita
Lie  (2000 : 46) mengemukakan kelemahan
dari pembelajaran kooperatif adalah :
 1) Model ini kadang-kadang menuntut pengaturan
tempat duduk yang berbeda-beda. 2) Kerja kelompok sering hanya melibatkan siswa
yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang. 3).
Model ini akan gagal apabila siswanya pasif, tidak komunikatif dan sifat egois
siswa yang tinggi.
Menurut Rusman (2011 : 223) Model Make A Match (membuat pasangan)
merupakan salah satu jenis dari metode pembelajaran  kooperatif, metode ini dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994), salah satu keunggulan teknik ini adalah peserta didik
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic, dalam suasana
yang menyenangkan. Sedangkan menurut Anita Lie (2008 : 56) menyatakan bahwa
model pembelajaran tipe Make A Match atau
bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberikan kesempatan siswa
untuk bekerjasama dengan orang lain.
Dari pendapat beberapa tokoh
tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model Make A Match merupakan model pembelajaran kooperatif dengan mencari
pasangan, yang dapat melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran secara merata serta menuntut siswa bekerja sama dengan anggota
kelompoknyaagar bertanggungjawab dapat tercapai sehingga semua siswa aktif
dalam proses pembelajaran.
Adapun
langkah-langkah dalam tipe Make A Match adalah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk sesi review, satu bagian
berupa kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah
kartu.
3) Setiap
siswa memikirkan jawabannya atau soal dari kartu yang dipegangnya.
4) Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu bisa diberi poin.
6) Setelah satu babak kartu dikocok
lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari peserta didik yang lain.
Menurut
Miftahul Huda (2013 : 253), kelebihan dan kelemahan tipe Make A Match adalah :
a) Kelebihan
meliputi: 1)
Dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara kognitf maupun fisik.
2) Karena ada unsur permainan, metode
ini menyenangkan.
3) Meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
4) Efektif
sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.
5) Efektif melatih kedisiplinan siswa
menghargai waktu untuk belajar.
b) Kelemahan
meliputi: 1)
Jika
strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang.
2) Pada awal-awal penerapan metode ini
banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenis.
3) Jika guru tidak mengarahkan siswa
dengan baik akan banyak siswa yang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.
4) Guru harus hati-hati dan bijaksana
saat member hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan karena mereka bisa
malu.
5) Menggunakan
metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
Setiap
Model pembelajaran mengarah
diterapkan
untuk mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, pembelajaran tipe Make A Match (mencari pasangan)
merupakan pembelajaran yang teknik mengajarnya dengan mencari pasangan melalui
kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang harus ditemukan dan didiskusikan oleh
pasangan siswa tersebut, model pembelajaran ini merupakan salah satu alternative
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Model Make A Match ini sangat efektif untuk membantu siswa dalam memahami
materi melalui permainan mencari kartu jawaban dan pertanyaan, sehingga dapat
menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan..
            Dalam kegiatan proses belajar
mengajar tentu saja akan mempunyai suatu tujuan, yang mana tujuan itu tidak
hanya bagi siswa saja tetapi tujuan tersebut tentu diharapkan pula oleh orang
tua, guru maupun pihak sekolah. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan itu
dibutuhkan suatu proses kegiatan belajar mengajar yang kondusif, menyenangkan,
melibatkan banyak pihak dalam hal ini guru dan siswa.
Proses pembelajaran yang masih
menggunakan system konvesional, yakni ceramah atau bercerita sangat membosankan,
monoton, siswa tidak aktif, dan cenderung diam (pasif). Metode ceramah ini
masih sering digunakan oleh para guru untuk menyampaikan materi pembelajaran.
            Pada semester sebelumnya, proses
belajar mengajar masih didominasi oleh guru atau guru sebagai pusat
pembelajaran sehingga siswa sering mengalami kebosanan dan kurang memahami
dengan materi yang disampaikan oleh guru, siswa kurang aktif, siswa hanya
menunggu informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa kurang
bersemangat dan kurang antusias diberikan tugas, sehingga perlu adanya suatu
cara untuk bisa mengubah keadaan tersebut.
            Hasil belajar siswa pada semester
genap tahun 2015-2016 yang dilihat dari nilai raport masih kurang memuaskan
berada di bawah KKM terutama kelas VIII A sehingga peneliti yang juga guru
ingin mengubah cara /pola mengajar pelajaran IPS Terpadu terutama di kelas VIII
A. Model pembelajatan yang ingin diterapkan di kelas VIII A yaitu dengan
menerapkan mmodel pembelajaran tipe Make
A Match
(mencari pasangan) teknik ini 
akan benyak melibatkan siswa dalam pembelajaran, siswa diminta untuk
mencari pasangannya yang cocok sesuai dengan kartu yang dipegang, antara soal
pertanyaan dan jawaban. Jadi pada teknik ini siswa akan lebih aktif untuk
mencari pasangannya, suasana belajar juga menyenangkan tidak membosankan, guru
sudah tidak dominan, anak tidak hanya menerima transfer ilmu dari guru, tetapi
siswa lah yang mencari ilmu tersebut.
Diharapkan agar dengan penerapan tipe Make A Match (mencari pasangan) dalam
pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII A, akan bisa meningkatkan hasil belajar
pada semester ganjil tahun ajaran 2016-2017.
            Berdasarkan pada kajian teori dan
kerangka berpikir, maka pen
ulis
yang sekaligus sebagai guru mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 1 Jangkang
yang semula dalam pelaksaan pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII A, masih
menggunakan cara/system konvensional/ tradisional dalam hal ini masih
menggunakan cara ceramah dan bercerita, sehingga anak tidak /belum bisa
menerima pelajaran dengan baik sehingga nilai akhir pada semester ganjil belum
memuaskan karena masih dibawah KKM.
         Oleh karena itu, pada semester genap guru  berupaya untuk mengubah cara/system yang
diterapkannya dengan mengunakan model pembelajaran tipe Make A Match (mencari pasangan) dan diharapkan agar setelah
penerapan model Make A Match (mencari pasangan) ini hasil akhir pada semester
ganjil tahun ajaran 201
7-2018 akan meningkat, dan akan
mendapatkan hasil yang memuaskan yakni di atas KKM.
Metode
penelitian merupakan panduan yang digunakan untuk mengontrol jalannya  penelitian. Menurut Sugiyono (2012 :2) Metode
Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan
dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
 Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan . Metode ini
merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana adanya (Hadari Nawawi, 2005 : 63)
. Metode ini digunakan untuk
mengungkapkan keadaan yang sebenarnya tentang upaya meningkatkan hasil belajar
menggunakan metode pembelajaran tipe Make
A Match
(mencari pasangan) di kelas VII A SMP Negeri 1 Jangkang.
             Bentuk
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan
Kelas diambil dari istialah bahasa Inggris Classroom
Action Research
  Suharsimi (dalam
Indrawati 2008:5) menyatakan bahwa penelitian merujuk pada suatu kegiatan
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti.
Hopkin
(dalam Indrawati 2008:6) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
tindakan yang diambil guru untuk meningkatkan dirinya atau teman sejawatnya
untuk menguji asumsi-asumsi teori pendidikan didalam praktik, atau mempunyai
makna aebagai evaluasi dan implementasi keseluruhan prioritas sekolah
. Berdasarkan beberapa pendapat yang
mengemukakan tentang Penelitian Tindakan Kelas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang
peneliti atau guru untuk melakukan suatu perubahan dalam suatu metode atau cara
dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Penelitian
ini dilakukan bersama-sama atau berkolaborasi antara guru mata pelajaran IPS
Terpadu di SMP Negeri 1 Jangkang dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas ( Classroom Action Research)
dengan dua siklus, dan tiap-tiap siklus akan dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan. Pada setiap siklus dilakukan dalam 4 tahap kegiatan, yaitu perencanaan,
implementasi tindakan, tahap observasi dan refleksi.
Penulis memilih bentuk penelitian
kolaboratif dengan guru IPS Terpadu lainnya yang juga mengajar di SMP Negeri 1
Jangkang, karena peneliti ingin mengetahui proses belajar mengajar.
Penelitian ini akan dilakukan di
SMP Negeri 1 Jangkang, penelitian ini di laksanakan pada semester ganjil dari
bulan November sampai Desember 
tahun  201
7. Sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII A dengan jumlah 26 siswa yang terdiri dari : laki-laki 13 siswa  dan perempuan 13 siswa
.
            Penelitian ini dilakukan
bersama-sama atau berkolaborasi antara guru mata pelajaran IPS Terpadu di SMP
Negeri 1 Jangkang dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan dua
siklus, dan tiap-tiap siklus akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pada
setiap siklus dilakukan dalam 4 tahap kegiatan, yaitu perencanaan, implementasi
tindakan , tahap observasi dan refleksi.1
) Perencanaan, pada tahap perencanaan ini, sebagai guru, penulis melakukan refleksi awal dalam
pembelajaran IPS Terpadu. Pen
ulis
merumuskan alternati
f
tindakan yang dilaksanakan dalam 
pembelajaran IPS Terpadu sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII A.
2) 
Implementasi Tindakan
, tindakan
ini diartikan sebagai melaksanakan kegiatan yang sudah diskenariokan dalam
bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
. 3) Tahap Observasi, tahap observasi atau pengamatan
merupakan rangkaian dari tahap tindakan. Kedua tahap ini berlangsung sejalan
dan pada saat yang bersamaan, observasi terhadap siswa dilakukan oleh guru pen
ulis, sementara observasi terhadap penulis dan siswa dilakukan oleh mitra
guru sebagai observatory. Hal-hal yang diobservasi berupa proses atau penerapan
skenario, respon siswa dan hasil pembelajaran.
4)
Tahap Refleksi
, tahap
ini dilakukan oleh  guru pen
ulis dan mitra guru setelah proses
belajar mengajar berakhir. Peneliti bersama mitra guru menganalisis hasil
obsevasi baikterhadap pelaksanaan skenario oleh pen
ulis maupun aktivitas dan hasil siswa.
Hasil analisis dijadikan acuan untuk membuat perencanaan pada siklus kedua.
Dalam hal ini dapat. Dalam hal ini dapat diidentifikasi bahwa dalam kegiatan
refleksi mencakup kegiatan an
alisis,
interprestasi dan evaluasi atas informasi yang diperoleh dari kegiatan
observasi.
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu : a) data hasil observasi proses
pembelajaran
. b)
data hasil belajar siswa pada tes awal dan tes akhir
. Sedangkan instrumen penelitian tindakan kelas
yang digunakan adalah :
a) Lembar observasi siswa dan lembar
obsevasi guru
, dan b) Soal tes tertulis. Dalam penelitian ini akan dilakukan
analisis data dengan membandingkan antara keberhasilan belajar siswa pada pra
siklus, siklus I dan siklus II, sesuai dengan standart KKM, untuk memperjelas
analisis data akan ditampilkan dalam bentuk tabel atau grafik.
Untuk mengukur keberhasilan  pelaksanaan tindakan kelas menggunakan 2
siklus, yakni siklus I dan siklus II, indicator tersebut bila dipaparkan ,
antara lain :
1) Kesesuaian strategi pembelajaran
minimal 70% dengan penyajian yang dilakukan selama proses pembelajaran.
2) Terjadinya perubahan dalam kegiatan
pembelajaran minimal 70% yang terlihat dari sikap siswa, misalnya antusias
dalam belajar, aktif dan paham terhadap materi yang sedang dipelajari.
3) Siswa memperoleh nilai rata-rata
sebesar 75 di atas KKM dan tingkat daya serap siswa mencapai 75%
Bentuk
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach). Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus yang berkolaboratif dengan teman sejawat, yakni guru IPS Terpadu lainnya
yang juga mengajar di SMP Negeri 1 Jangkang, sebagai observer. Untuk
masing-masing siklus akan dilaksanakan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan
penelitian yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus
I akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 2×40 menit.
Dalam penelitian ini penulis berkolaborasi dalam penyusunan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) dengan teman sejawat sebagai observer, menyusun
skenario langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran tipe Make A Match (mencari pasangan)pada pokok bahasan Kebutuhan
Manusia dan Pelaku-
Pelaku
Ekonomi di
Indonesia.
A.  Deskripsi Pra Tindakan
              Penelitian
Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Jangkang yang beralamatkan di
Jalan Raya Bengkawan, kecamatan Jangkang, kabupaten Sanggau, propinsi
Kalimantan Barat, letak dari SMP Negeri 1 Jangkang ini cukup strategis karena
berada di tepi jalan dan mudah dijangkau oleh siswa. Siswa yang masuk di SMP
Negeri 1 Jangkang berasal dari kampong-kampung sekitar wilayah kecamatan
Jangkang, ada juga yang berasal dari luar kecamatan Jangkang bahkan ada yang
dari luar kabupaten Sanggau. Orang tua siswa sebagian besar bekerja sebagi
petani ladang berpindah dan juga berkebun karet, ada yang PNS dan
berwiraswasta, sehingga mempengaruhi kondisi ekonomi keluarga siswa.
               SMP
Negeri 1 Jangkang terdiri dari 9 lokal, kelas VII ada 3 lokal yakni A,B dan C,
kelas VIII ada 3 lokal yakni A,B dan C serta kelas IX juga ada 3 lokal yakni
A,B dan C, selain itu juga ruang Kepala Sekolah, ruang TU, ruang Guru, ruang
perpustakaan, ruang UKS, laboratorium IPA, laboratorium computer, aula, gudang,
dapur dan WC. Fasilitas lain yang di miliki SMP negeri 1 Jangkang yang
menyangkut proses belajar mengajar seperti gambar-gambar pahlawan, peta, globe,
atlas, alat peraga IPA, alat peraga Matematika, serta alat peraga olahraga.
SMP Negeri 1 Jangkang memiliki 9
guru PNS termasuk Kepala Sekolah yang sekaligus mengajar Matematika, guru
Bahasa Indonesia, guru IPS, guru agama Katolik, guru Bahasa Inggris, guru BK
dan guru Olahraga, 4 orang guru honorer, 1 orang guru SM3T yang berasal dari
Medan, Sumatera Utara, dan sebagian besar guru yang ada sudah menempuh
pendidikan S1, guru-guru tersebut ada yang berasal dari kecamatan Jangkang, ada
yang dari luar Jangkang maksudnya dari kecamatan lain, bahkan ada yang berasal
dari luar Pulau Kalimantan ( Pulau Jawa)
Sebelum
melakukan Penelitian Tindakan Kelas siklus I, peneliti melakukan kegiatan pra
tindakan pada hari
Selasa
tanggal 1
4
November 201
7
pada pukul 08.20 sampai 09.55 atau jam ke 3 dan ke 4 di kelas VIII A, kegiatan
ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan siswa sebelum pelaksanaan
siklus terutama mengenai hasil belajarnya sebelum penerapan model pembelajaran
tipe make a match (mencari pasangan)
pada kegiatan pra tindakan ini peneliti masih menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab.
Kegiatan pra
tindakan ini adalah merupakan kegiatan untuk mengawali Penelitian Tindakan
Kelas atau sebelum digunakannya model make
a match
pada pembelajaran IPS. Pada pelaksanaan pra tindakan ini melalui
tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan hasil. Perencanaan yaitu dengan
menyususn RPP dan dilaksanakan pada hari
Jumat 10 November 2016.
Menurut
hasil pengamatan pada pra tindakan  yang
masih menggunakan metode ceramah bervareasi, pengorganisasian  dan alokasi waktu belum maksimal karena belum
terlaksana dengan baik, hal ini karena metode ceramah ini sangat membosankan
bagi siswa,siswa belum memahami pelaksanaan pembelajarannya, penjelasan  tentang indi
kator pembelajaran yang ingin
dicapai kurang jelas,guru kurang mampu mengembangkan bahan ajar sehingga materi
yang disampaikan kurang diserap oleh sisiwa. Siswa dalam proses pembelajaran
berlangsung mereka sibuk mengerjakan hal-hal di luar jam pembelajaran sehingga
kurang memperhatikan  dan mengamati
penjelasan guru. Selain itu respon siswa akan proses pembelajaran tidak terlalu
aktif, dimana tidak ada keingintahuan lebih mendalam terhadap materi yang
disampaikan oleh guru.
      
Berdasarkan
hasil ulangan pada pra tindakan diperoleh data sebagai berikut :
,Tabel
4.1 Ketuntasan belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang



   Grafik 4.1 Ketuntasan belajar Siswa Kelas
VIII A SMP Negeri 1 Jangkang



Dari
tabel nilai akhir hasil belajar siswa pada kegiatan pra tindakan tersebut dapat
dijelaskan bahwa, melalui metode ceramah bervareasi dan tanya jawab diperoleh
nilai rata-rata siswa yaitu 61,69 dengan jumlah siswa yang tuntas             ada 9 dari 26 siswa yang menjawab
soal atau yang mengikuti tes pada pra tindakan. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa secara klasikal nilai yang dicapai siswa belum tuntas dan tingkat
keberhasilannya masih dikategorikan kurang atau belum mencapai persentasi
ketuntasan yang ditentukan, karena siswa yang memperoleh nilai 70 atau lebih
hanya sebanyak 9 sisa atau  35%  lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85 %.
B.  Prosedur Tindakan pada Siklus I
            Tabel berikut merupakan waktu
pelaksanaan dan pokok bahasan yang diajarkan pada siklus I.
Tabel
waktu pelaksanaan dan pokok bahasan siklus I


a.)  Perencanaan (Planning),            Pada tindakan siklus I ini penulisi melaksanakan tindakan dengan
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran IPS terpadu SMP Negeri 1 Jangkang
yakni Bapak Colai Mawardi. Prosedur penelitian pada siklus I ini dilakukan
dalam empat tahap, yakni perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (action),
pengamatan (Observing), dan refleksi(reflecting). Selengkapnya penelitian
tindakan kelas di kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang pada siklus I adalah
sebagai berikut :

Tahap perencanaan dilakukan sebagai upaya memcahkan
segala permasalahan pada pra tindakan terkait hasil belajar yang siswa belum
mencapai ketuntasan secara klasikal. Hal ini disebabkan karena guru
terus-menerus ceramah memaparkan materi pembelajaran yang cenderung satu arah
dan guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Akibatnya siswa cenderung
malas mendengarkan penjelasan dari guru.
Perencanaan
siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 1
1 November 2017. Sebelum membuat perencanaan , penulis berdiskusi dengan guru IPS sebagai
observer mengenai pembelajaran IPS terpadu yang akan menggunakan model
pembelajaran tipe make a match (mencari
pasangan) . Setelah sepakat maka
peneliti dan guru bersama-sama membuat rencana pembelajaran (RPP)
.
            Selain rencana pembelajaran, penulis dan observer menyiapkan pedoman
observasi yang akan digunakan dalam mengamati kegiatan pembelajaran pada saat
melaksanakan pembelajaran menggunakan tipa make
a match
(mencari pasangan). Pedoman-pedoman observasi yang dipersiapkan sebagai
berikut :
1) 
Pedoman observasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
. 2) Pedoman observasi keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran terutama dengan menggunakan tipe make a match (mencari pasangan)
b.  Pelaksanaan (Acting)      
                  Tindakan siklus I dilaksanakan
pada hari
Selasa  tanggal 14 November 2017 pada pukul  07.40 sampai 09.00 WIB dengan alokasi waktu
yang digunakan 2 x 40 menit. Tindakan ini merupakan pelaksanaan perencanaan
pembelajaran yang sudah direncanakan.
Tindakan
pelaksanaan yang dilakukan secara garis besar adalah pembelajaran dengan
menerapkan/menggunakan tipe make a match
(mencari pasangan) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tahap ini,
dilakukan dalam tiga tahap proses belajar mengajar, yaitu apersepsi,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.
c.     Pengamatan (Observing)
            Dalam proses  pengamatan yang dilakukan oleh penulis dan observer, yang mengamati
kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang telah dilaksanakan  dengan panduan obsevarsi yang telah disiapkan
baik untuk siswa maupun untuk guru. Pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran, bahwa pengorganisasian materi ajar ( keruntutan, sistematika
materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu) sudah menunjukkan perubahan ke yang
lebih baik, karena pelaksanaannya lebih baik daripada pra tindakan, tapi
langkah-langkah pembelajaran masih membingungkan siswa sehingga siswa belum
memahami pelaksanaan pembelajarannya.
            Pengamatan terhadap  kegiatan belajar siswa,  bahwa siswa sudah mulai memperhatikan
penjelasan guru walaupun ada beberapa siswa yang  masih sibuk mengerjakan hal-hal di luar
pembelajaran sehingga kurang memperhatikan dan mengamati penjelasan guru.
Selain itu respon sisa terhadap proses pembelajaran sudah mulai aktif , sudah
mulai timbul keingintahuan lebih dalam terhadap materi yang disampaikan oleh
guru.

Tabel 4.2 Ketuntasan belajar Siswa
Siklus 1
Kelas VIII A
SMP
N 1 Jangkang

Grafik
4.
2 Ketuntasan
belajar Siswa
Siklus 1
Kelas VIII A SMP
N 1
Jangkang

            Dari tabel perolehan nilai siswa
pada siklus I dapat diketahui bahwa telah terdapat peningkatan perolehan hasil
belajar siswa kalau dibandingkan dengan perolehan nilai pada pra tindakan, walaupun
hanya  3
5 
% yang tuntas, dari tabel perolehan nilai pra tindakan yang tuntas
hanya  9 orang siswa, sedangkan pada
siklus I dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan yang tuntas sebanyak
17  orang siswa. Hal ini membuktikan
bahwa dengan penerapan model pembelajaran tipe make
a
match
dalam
pembelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar
73% atau meningkat sekitar 38% jikalau dibandingkan dengan
penerapan metode konvensional ataupun ceramah bervareasi, karena dalam hal ini
siswa ikut aktif mencari dan menemukan sendiri maslah yang deberikan oleh guru,
alaupun peningkatan hasil belajar siswa belumlah maksimal sesuai dengan
harapan, masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM.
d.    Refleksi (Reflecting)
              Refleksi pada dasarnya merupakan
suatu bentuk perenungan yang sangat  
mendalam dan lengkap atas apa yang telah terjadi. Refleksi pada akhir
siklus merupakan pengungkapan atau mencari jalan keluar dari permasalahan yang
terdapat dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, dengan kata lain
pertukaran pendapat antara pen
ulis
dan guru kolaborator/ observer atas hal yang telah direncanakan, dilaksanakan,
dan diobservasi pada siklus tersebut. Pada pengamatan terhadap rencana
pelaksanaan pembelajaran dimana pengorganisasian materi ajar, skenario
pembelajaran,indi
kator
pembelajaran dan pengembangan materi ajar belum terlaksana dengan baik, selain
itu aktifitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas masih perlu dilakukan
perbaikan serta nilai tes menunjukkan persentase pencapaian hasil yang belum
maksimal karena belum termasuk dari indi
kator keberhasilan dalam penelitian.       
C.   Prosedur Tindakan pada Siklus II
              
 Tabel berikut merupakan waktu pelaksanaan  dan pokok bahasan yang akan diajarkan pada siklus
II.
Tabel waktu pelaksanaan dan pokok
bahasan siklus II


a.    
Perencanaan
(planning)
          
Berdasarkan hasil refleksi, observasi dan penilaian
pada siklus I, siklus II ini merupakan kelanjutan dari siklus I, metode yang
diterapkan pada siklus II ini sama dengan siklus I yakni masih
menggunakan/menerapkan metode pembelajaran make
a
match (mencari pasangan) materi
yang diajarkan masih kelanjutan dari siklus I, tentang pelaku-pelaku ekonomi di
Indonesia dan koperasi Indonesia. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
siklus I akan berusaha diperbaiki pada pelaksanaan siklus II, dengan langkah-langkah
yang sama dengan siklus I yakni perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observing),
dan refleksi (reflection)

            Pelaksanaan siklus II ini juga
masih berolaborasi dengan guru mata pelajaran IPS terpadu yang mengajar di SMP
Negeri 1 Jangkang, yakni bapak Colai Mawardi .Perencanaan pada siklus II ini
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal
19 November 2017, setelah tercapai kata sepakat, kemudian penulis dan guru kolaborator bersama-sama
membicarakan bagaimana teknis pelaksanaan proses belajar mengajar.
Tahap perencanaan dilakukan dalam
upaya memcahkan segala permasalahan  pada
refleksi siklus I terkait hasil belajar siswa yang belum mencapai indicator
keberhasilan. Selain itu juga proses pembelajaran yang dilaksanakan belum
dikatakan berhasil, maka dilakukan perencanaan tindakan siklus II dengan
memperhatikan kekurangan pada tindakan siklus I.
            Penulis dan observer menyiapkan pedoman
observasi yang akan digunakan dalam mengamati kegiatan pembelajaran pada saat
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik TPS. Pedoman-pedoman
observasi yang dipersiapkan sebagai berikut :
1) Pedoman
observasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2) Pedoman observasi keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
Pada
kegiatan pembelajaran yang I ini dilaksanakan pada hari
Selasa, tanggal 21 November 2017, pada pukul 07.40 sampai  09 00 WIB yang akan membahas materi tentang pelaku-pelaku
ekonomi di Indonesia.
Sedangkan pada
kegiatan pembelajaran II ini dilaksanakan pada hari
Kamis,tanggal 23 November 2017, pada pukul 08.40 sampai 09.55 WIB
yang membahas materi tentang koperasi di Indonesia.
c.     Pengamatan (Observing)
            Dalam pengamatan pada siklus II penulis sekaligus guru mata pelajaran IPS
Terpadu mengamati proses pembelajaran bersama dengan guru observer, mengamati
kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan
panduan observasi yang telah disiapkan baik untuk siswa maupun guru
. Dari pengamatan observer
(kolaborator), bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah meningkat,
guru selaku pen
ulis
telah memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I,
pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika,materi, dan kesesuaian
dengan alokasi waktu ) sudah baik, kejelasan skenario pembelajaran(
langkah-langkah kegiatan pembelajaran ( awal, inti dan akhir) sudah baik.
Penjelasan guru mengenai indicator pembelajaran yang ingin dicapai sudah
dijelaskan secara maksimal, guru juga sudah baik dalam mengembangkan
materi/bahan ajar sehingga materi yang disampaikan  tersebut mudah dipahami oleh siswa,
siswa sudah tidak kebingungan
karena sudah dua kali diterapkan metode pembelajaran tipe Make A Match ( mencari pasangan) kondisi kelas sudah kondusif tidak
ada lagi gangguan-gangguan dari kelas lainnya.Tidak ada siswa yang absen
artinya, siswa hadir semua saat itu, Siswa sudah memanfaatkan sumber belajar
lainnya  seperti buku mata pelajaran IPS
yang lainnya yang berkaitan dengan materi yang dipelajari yang ada di
perpustakaan..
                     Dengan memperhatikan hasil pada
siklus II menunjukkan tercapainya keberhasilan penelitian tindakan kelas yang
di lakukan di SMP Negeri 1 Jangkang di kelas VIII
A 
Tabel 4.3 Ketuntasan belajar Siswa
Siklus II
Kelas VIII A
SMP
N 1 Jangkang

Grafik 4.3 Ketuntasan belajar Siswa Siklus II Kelas VIII A SMP1 Jangkang

Dari
tabel perolehan nilai siswa pada siklus II dapat diketahui bahwa ada
peningkatan hasil belajar siswa sebesar 92% persen yang tuntas. Dari tabel
perolehan nilai siklus I yang tuntas sebanyak 19 siswa,sedangkan pada siklus II
dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan yang tuntas sebanyak 24 siswa. Hal
ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa kalau dibandingkan dengan nilai pada
saat siklus I mengalami peningkatan walaupun belum bisa semuanya mencapai KKM,
hal ini dikarenakan 2 siswa tersebut masih ada kelemahannya, yang satu memang
untuk minat belajarnya kurang hal ini terbukti seringnya siswa tersebut tidak
masuk sekolah, yang satu lagi karena tidak mempunyai LKS yang bisa dibawa
pulang sehingga tidak bisa belajar di rumah.

d.     Refleksi ( Reflecting)
              Refleksi pada dasarnya merupakan
suatu bentuk perenungan yang sangat  
mendalam dan lengkap atas apa yang telah terjadi. Refleksi pada akhir
siklus merupakan pengungkapan atau mencari jalan keluar dari permasalahan yang
terdapat dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, dengan kata lain
pertukaran pendapat antara pen
ulis
dan guru kolaborator/ observer atas hal yang telah direncanakan, dilaksanakan,
dan diobservasi pada siklus tersebut. Pada pengamatan terhadap rencana
pelaksanaan pembelajaran dimana pengorganisasian materi ajar, skenario
pembelajaran,indicator pembelajaran dan pengembangan materi ajar belum
terlaksana dengan baik, selain itu aktifitas siswa dalam proses pembelajaran di
kelas sudah mengalami peningkatan dengan kata lain sudah baik, serta nilai tes
menunjukkan persentase pencapaian hasil yang sudah  maksimal karena sudah  termasuk dari indi
kator keberhasilan dalam
penelitian.Memperhatiakan hasil refleksi di siklus II menunjukkan tercapainya
indi
kator keberhasilan
penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Negeri 1 Jangkang terutama
kelas VIII A mengalami ketuntasan hasil belajar. Dengan memperhatikan seluruh
aspek pengamatan dan hasil refleksi siklus II, oleh karena itu, pen
ulis sekaligus guru mata pelajaran IPS
Terpadu dan guru kolaborator/observer menyimpulkan bahwa indi
kator pelaksanaan penelitian yang
sudah tercapai.
D.   Pembahasan Hasil Penelitian
              Dalam pembahasan ini diuraikan
hasil penelitian mengenai peningkatan hasil belajar melalui penggunaan
/penerapan metode pembelajaran tipe Make
A Match
(mencari pasangan) di kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang. Setelah
menggunakan/menerapkan  metode pembelajaran
tipe Make A Match pada tindakan
siklus I dan siklus II terdapat adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas
VIII A, hal ini dikarenakan dengan menggunakan/menerapkan metode pembelajaran
tipe Make A Match (mencari pasangan)
lebih memudahkan siswa dalam memahami materi yang dipelajari/diajarkan oleh
guru.
              Dengan menggunakan/menerapkan
metode pembelajaran tipe Make A Match
(mencari pasangan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa , hal ini terbukti
dengan peningkatan persentase hasil belajar, keaktifan siswa dalam pembelajaran
pada siklus I dan siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari
naiknya rata-rata kelas dari pra siklus sebesar 61,6
9% kemudian siklus I sebesar 72,12% dan siklus II sebesar 74,23% dengan jumlah siswa mencapai KKM ?
70
. Pada pra siklus
sebanyak 9 orang siswa
tuntas,
siklus I sebanyak 19 orang siswa
tuntas
dan siklus II sebanyak 24 orang siswa
tuntas . Persentase ketuntasan pada pra
siklus 35%, siklus I 73% dan sikus II 92%, sehingga pada akhir siklus II sudah
mencapai
kriteria
ketuntasan 75% dan mencapai lebih dari KKM ? 70 dan yang belum mencapai KKM ada
2 orang siswa akan diberikan remedial lagi supaya bisa mencapai ketuntasan KKM
seperti apa yang diharapkan.
              Berdasarkan pada hasil pengamatan
kegiatan siswa pada pra tindakan, siswa masih kurang aktif/keaktifan siswa
belum Nampak hal ini disebabkan karena proses pembelajaran masih didominasi
oleh guru (guru masih menerapkan metode konvensional yakni ceramah bervareasi)
sehingga banyak siswa yang merasa bosan, guru belum menggunakan metode/strategi
yang menarik siswa unruk lebih aktif, tetapi setelah pelaksanaan siklus I, guru
telah menggunakan model pembelajaran tipe Make
A Match
(mencari pasangan), siswa lambat-laun mulai kelihatan aktif dalam
pembelajaran walupun masih canggung dan kaku karena belum terbiasa, siswa sudah
mulai mau bertanya ataupun mulai mau menjawab pertanyaan walaupun belum
sempurna/ tepat.
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari pra tindakan, siklus I dan siklus II baik dalam
proses pembelajaran ataupun keaktifan siswa dan dalam hasil belajar siswa,
bahwa dengan menggunakanmetode pembelajaran tipe Make A Match (mencari pasangan dalam mata pelajaran IPS Terpadu
didapat peningkatan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
            Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dan dipaparkan pada hasil penelitian dan pembehasan, maka dapat
disimpulkan secara umum dari penelitian ini bahwa penggunaan/penerapan metode
pembelajaran tipe Make A Match
(mencari pasangan) dalam proses pembelajaran IPS terpadu  di kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
            Model pembelajaran tipe Make A Match (mencari pasangan)  ini diterapkan/digunakan setiap kali
pertemuan dalam siklus I ataupun siklus II, dan dari siklus I dan siklus II
yang masing-masing siklus dilakukan sebanyak dua kali pertemuan telah
menunjukkan hasil yang memuaskan, yang mana diketahui adanya peningkatan hasil
belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang, dari persentase perolehan
hasil belajar siswa, pra tindakan 35 % , 9 orang siswa  yang memperoleh nilai sesuai ataupun lebih
dari KKM,sedang 17 (64%) siswa memperoleh nilai kurang/di bawah KKM, pada
siklus I sudah terdapat peningkatan nilai hasil belajar yakni 19 orang siswa atau
73% yang memperoleh nilai di atas KKM, sedang 7 orang siswa atau 27% , nilainya
masih dibawah KKM, pada siklus II diperoleh nilai belajar siswa yang lebih
meningkat yakni 24 orang siswa atau 92% memperoleh nilai diatas KKM, sedangkan
2 orang siswa atau 8% memperoleh nilai masih dibawah KKM.
            Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa penggunaan/penerapanmetode pembelajaran tipe Make A Match (mencari pasangan) pada
mata pelajaran IPS Trepadu dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 Jangkang. Secara khusus dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran tipe Make A Match
(mencarai pasangan) dalam pembelajaran IPS Terpadu adalah :
1) Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran tipe Make A Match (mencari pasangan) dalam
upaya meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1
Jangkang  pada mata pelajaran IPS
Terpadu.
2) Untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan model
pembelajaran tipe Make A Match
(mencari pasangan) di kelas VIII A SMP Negeri 1 Jangkang.
Anita
Lie, (2004). Cooperative Learning :
PT . Gramedia Widiasarana Indonesia.
…………,(2008).Cooperative Learning, Jakarta : PT Grasindo.
Dimyati
dan Mudjiono. (2009). Belajar dan
Pembelajaran
. Jakarta : PT. Rineka Cipta..
Depdiknas,(2003),
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta :
Depdiknas
.
Hadari
Nawawi, (2005), Metode Penelitian Bidang
Sosial
, Yogyakarta : Gajahmada University Press
Muslimin,Ibrahim,
dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya : University Press
.
Miftahul
Huda,(2013), Model-model Pengajaran dan
Pembelajaran
, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Moh. User
Usman dan Lilis Setiawati, (2001). Upaya
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar
. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nana
Sujdana. (2010). Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar
. (cet.XV). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
.
Nurhadi,
(2003), Pembelajaran konstektual dan
penerapannya dalam KBK
, Malang, Universitas Negeri Malang.
Prayitno.
(2009). Dasar Teori dan Praktis
Pendidikan
. Bandung : Grasindo
.
Purwanto, (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
.
Rusman,(2011),
Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru
, Jakarta : Rajaali Perss
.
Sugiyono,(2013),
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D
, Bandung : CV Alfabeta
.
Supriyono, Agus.
(2009). Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi PAIKEM
, Yogyakarta : Pustaka Belajar
.
S, Winarno (2009). Interaksi Belajar Mengajar. Bandung :
Jemmars
.
Yana Wardana. (2010). Teori Belajar dan Mengajar. Bandung : PT
Pribumi Mekar
.