data:post.title

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM MELAKUKAN VARIASI MENGAJAR MELALUI STRATEGIINFORMATION SEARCH DI SMP NEGERI 2 JANGKANG


Oleh : Dede Jalaludin

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pada saat penyampaian materi di kelas guru masih bersifat ceramah dan dimonopoli oleh guru. Dengan kondisi seperti ini diperlukan solusi yang tepat untuk mengetahui penyebabnya. Didasarkan atas hal tersebut, maka perlu untuk melakukan penelitian tentang kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar Bahasa Indonesia melalui strategi Imformation Search.Masalah penelitian ini Bagaimana Peningkatan kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi Information Search di SMP Negeri 2 Jangkang Kabupaten Sanggau. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar melalui Strategi Information Seach  di SMP Negeri 2 Jangkang.Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian tindakan. Sedangkan bentuk penelitian ini yaitu penelitian tindakan sekolah. Tempat dan waktu penelitian yaitu di SMP Negeri 2 Jangkang semester genap tahun 2019/2020. Subjek penelitian yaitu guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Jangkang terdiri dari 2 orang guru. Peningkatan kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar Bahasa Indonesia melalui strategi Information Search  pada setiap siklus mengalami peningkatan. Setelah diadakan tindakan pada siklus I guru melakukan variasi mengajar Bahasa Indonesia melalui strategi Information Search  35% sangat baik dan pada siklus II melakukan variasi mengajar Bahasa Indonesia melalui strategi Information Search 80% sangat baik. Sedangkan respon siswa terhadap kemampuan guru melakukan variasi mengajar Bahasa Indonesia melalui strategi Information Search pada siklus I 25% sangat baik, sedangkan siklus II 85% sangat baik. 

Kata Kunci: kemampuan guru, variasi mengajar, strategi information search

PENDAHULUAN

Guru adalah salah satu komponen sumber daya manusia dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan  dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu unsur dibidang pendidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat, khususnya bertanggung jawab untuk membawa siswanya pada suatu kedewasaan. Di samping itu, guru memiliki peranan sebagai motivator dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.

Sistem pendidikan nasional dihadapkan pada tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang siap bersaing di era global. Masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh bagaimana Negara itu memperlakukan pendidikan. Salah satu untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat dipandang serta berfungsi untuk membangun sumber daya manusia adalah pendidikan. Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan yaitu guru. Oleh karena itu, guru yang berkualitas akan melahirkan pendidikan yang berkualitas yang pada akhirnya melahirkan manusia yang berkulitas juga. Oleh Karen itu, Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. 

Bagi guru, variasi belajar sangat penting untuk ditingkatkan.  Dalam kondisi ideal guru akan lebih mempersiapkan dirinya dalam proses belajar mengajar. Guru akan menjadi sadar bahwa ia harus dapat mencapai tujuan belajarnya yaitu mendapatkan hasil yang maksimal. Di samping itu, melalui variasi mengajar guru dapat mengarahkan kegiatan  belajarnya dan lebih meningkatkan semangat di dalam belajar. Guru sangat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas. Peran Kinerja kepemimpinan guru dalam melaksanakan tugasnya merupakan faktor yang sangat menentukan bagi mutu pendidikan. Kinerja yang dimaksud harus didukung dengan berbagai kemampuan yaitu kompetensi guru. Dalam proses pembelajaran khususnya guru Bahasa Indonesia harus mampu meningkatkan motivasi belajar siswa serta mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif melaluia berbagai variasi. Hal ini dimaksudkan supaya sisiwa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Melalui motivasi belajar yang tinggi serta suasana belajar yang kondusif dengan berbagai variasi, maka siswa merasa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, guru harus menggunakan variasi serta mencari informasi dalam mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif.
Berdasarkan hasil pra observasi yang dilakukan penulis pada guru Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Jangkang Kabupaten Sanggau, bahwa kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar Bahasa Indonesia melalui strategi Information Search (Pencarian Informasi) masih perlu ditingkatkan. Hal ini yang terjadi pada saat penyampaian materi di kelas, guru masih bersifat ceramah dan monoton. Dengan kondisi seperti ini diperlukan solusi yang tepat untuk mengetahui penyebabnya. Kenyataan bahwa situasi belajar masih belum sesuai dengan yang diharapkan, sehingga penulis merasa perlu untuk mengetahui penyebab dari kondisi tersebut.  Didasarkan atas hal tersebut, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar Bahasa Indonesia melalui strategi Imformation Search (Pencarian Informasi).
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah adalah “Bagaimana Peningkatan kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar Bahasa Indonesia melalui strategi Information Search (Pencarian Informasi) di SMP Negeri 2 Jangkang Kabupaten Sanggau?” Untuk mempermudah dalam pembahasan, maka masalah tersebut dibagi menjadi sub masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana implementasi Strategi Information Seach (Pencarian Informasi) dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan variasi mengajar  pada mata pelajaran Bahasa Indonesia  di SMP Negeri 2   Jangkang? 2) Bagaimanakah kemampuan guru dalam menggunakan  variasi mengajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui Strategi Information Seach (Pencarian Informasi) di SMP Negeri 2 Jangkang ? 3) Bagaimanakah respon/tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru melalui variasi mengajar dengan strategi Information Seach (Pencarian Informasi) di SMP Negeri 2 Jangkang ?
Penelitian Tindakan Sekolah  (PTS) ini secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui Strategi Information Seach (Pencarian Indormasi) di SMP Negeri 2 Jangkang. Secara khusus tujuan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini  adalah untuk mengetahui : 1) Implementasi Strategi Information Seach (Pencarian Informasi) dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan variasi mengajar  pada mata pelajaran Bahasa Indonesia  di SMP Negeri 2   Jangkang. 2) Kemampuan guru dalam menggunakan  variasi mengajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui Strategi Information Seach (Pencarian Informasi) di SMP Negeri 2 Jangkang. 3) Respon/tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru melalui variasi mengajar dengan strategi Information Seach (Pencarian Informasi) di SMP Negeri 2 Jangkang.
Manfaat penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. 1) Manfaat Secara Teoritis: a) Bagi Siswa:Penelitian tindakan sekolah  ini diharapkan dapat memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya pendidikan. Siswa diharapkan memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar untuk mendapatkaan ilmu pengetahuan. Hal ini diharapkan agar siswa dapat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dengan baik dan berkonsentrasi. b) Bagi Guru: Diharapkan dapat membantu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam memperbaiki, strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan variasi mengajar secara aktif dan mandiri. c) Bagi Sekolah: Diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan yang baik, untuk kinerja pembelajaran dalam meningkatkan variasi mengajar, dan perbaikan mutu sekolah. d) Bagi Peneliti: Diharapkan dapat dijadikan bahan  acuan untuk membantu guru Bahasa Indonesia dalam meningkatkan strategi maupun variasi mengajar. 2) Manfaat Secara Praktis: Manfaat secara praktis penelitian ini yaitu diharapkan memberikan sumbang pemikiran bagi pengembangan pendidikan Bahasa Indonesia. Pada sisi lain diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan kajian bagi peneliti-peneliti lanjutan dan sejenisnya.  Dengan demikian diharapkan dapat memperkuat teori-teori tentang variasi serta strategi mengajar. Artinya penelitian ini untuk memperkuat landasan teori mengenai variasi serta strategi mengajar.

KAJIAN LITERATUR

Kajian tentang variasi mengajarD Definisivariasi mengajar Variasimengajar di kelas merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh guru. Dengan adanya variasi mengajar Susana belajar di kelas lebih bersemangat dinamis, serta penuh harapan. Begitu juga sebaliknya, jika tidak ada variasi dalam mengajar, maka suasan pembelajaran akan membosankan serta berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.
Menurut Hamid Darmadi (2011) mengemukakan bahwa “variasi dalam kegiatan pembelajaran merujuk pada tindakan dan perbuatan guru yang sengaja ataupun secara spontan dengan maksud meningkatkan perhatian siswa selamapembelajaran berlangsung”. Berdasarkan pendapat tersebut  dapat diartikan bahwa variasi dalam kegiatan belajar adalah beragam cara atau gaya yang diakukan guru dalam menyampaikan materi ajar agar tidak monoton. Sejalan dengan pendapat di atas, Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2010:91) mengatakan bahwa, Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat untuk memberikan kesan yang unik”. Dengan demikian variasi mengajar dapat diartikan keanekaragaman dalam penyajian kegiatan mengajar.

Tujuan variasi mengajar

Tujuan merupakan hal terpenting dalam setiap kegiatan. Dalam kenyataannya setiap orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidup. Setiap orang lebih suka jika hidup diisi dengan variasi yang bersifat positif. Dalam proses belajar mengajar, variasi mengajar sangat diperlukan. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2010:92) Mengemukakan bahwa variasi mengajar bertujuan”: 1) Agar perhatian siswa meningkat, 2) Memotivasi siswa, 3) Menjaga wibawa guru, dan 4) Mendorong kelengkapan fasilitas pengajaran
Sejalan dengan tujuan yang dikemukakan di atas, Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2010:94) mengemukakan bahwa “Penggunaan variasi belajar harus tersusun berdasarkan rencana yang jelas yang didasarkan pada rujukan tujuan pembelajaran”. Dengan demikian, bahwa dalam mencapai tujuan tersebut guru dituntut kearifan dalam menggunakan variasi mengajar. Menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2010:94) mengemukakan bahwa beberapa langkah untuk mewujudkan kearifan tersebut yaitu”: 1) Variasi pengajaran yang diselenggarakan harus menunjang dan dalam rangka merealisasikan tujuan pembelajaran; 2) Penggunaan variasi mengajar harus lancer dan berkesinambungan tidak mengganggu proses belajar mengajar, dan anak didik akan lebih memperhatikan berbagai proses pengajaran secara utuh; 3) Penggunaan variasi mengajar harus bersifat terstruktur, terencana dan sistematik; dan 4) Penggunaan variasi mengajar harus luwes (tidak kaku) sehingga kehadiran variasi itu semkin mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, penggunaannya bersifat spontan dan merupakan umpan balik. Bentuk umpan balik sendiri ada dua, yaitu: (1) umpan balik pengetahuan, (2) umpan balik perilaku.

Komponen-Komponen variasi mengajar

Dalam proses pembelajaran, variasi mengajar sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Ada beberapa komponen dalam melakukan variasi. Menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2010:95) komponen dalam variasi mengajar yaitu:
1.  Variasi Suara dan Sikap Guru. Suara guru memiki peranan yang sangat penting dalam melahiarkan  kualitas variasi mengajar. Penekanan ini sangat penting, supaya siswa dapat mengetahui hal-hal yang dianggap penting dari materi pelajaran yang disampaikan guru. Dengan demikian, intonasi, nada, volume, dan keceptan suara guru perlu diatur dengan baik. Berdasakan uraian tersebut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2010:95) beberapa hal perlu diperhatikan guru, sebagai berikut: a) Penekanan, b) Pemberian waktu, c) Kontak pandang, d) Gerakan anggota badan, dan e) Pindah posisi.
Variasi Media dan Bahan Ajaran. Penggunaan media berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pengunaan media ini akan menghindari kejenuhan siswa terhadap guru serta terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru. Melalui media memungkinkan konsentrasi dan perhatian siswa terhadap pelajaran menjadi lebih baik.  Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2010:96) ada tiga komponen dala variasi media, yaitu: a) Variasi media pandang, yaitu Alat pandang yang dapat digunakan sebagai media pengajaran diantaranya; buku, majalah, globe, peta film, film strip, TV, radio, recorder, gambar, mode, demonstrasi, dan sebagainya. b) Variasi media dengar yaitu  Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi proses belajar anak didik. Karena itu, diperlukan media lainnya yang memungkinkan anak lebih konsentrasi dan merasa ada pengalaman baru terhadap suara itu. Bisa saja guru merekam suaranya di rumah atau merekam suara lain yang patut didengarkan dan punya relevansi dengan materi pelajaran.c) Variasi media taktik yaitu  Penggunaan media ini pada dasarnya merangsang siswa untuk kreatif. Umpamanya, guru memperlihatkan dan menjelaskan tentang peta pulau Jawa, setelah itu siswa disuruh untuk menggambarkan peta tersebut. Cara ini akan memudahkan siswa mengingat pulau atau nama-nama kota, sungai, pasar, dan lain sebagainya yang terdapat dalam pulau tersebut.
Variasi Interaksi. Variasi dalam pola interaksi yang lajim dilakukan guru menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2010:97) ada dua hal yaitu: 1) Siswa belajar atau melakukan aktivitas lainnya dalam ruang lingkup pembelajaran secara bebas tampa campur tangan dari guru; dan 2) Siswa hanya mendengarkan secara pasif sedangkan guru berbicara secara aktif sehinggaseluruh proses belajar mengajar ddidominasi guru.

Prinsip Melakukan Variasi Mengajar

Pada kondisi apapun, variasi mengajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan guru dalam mengajar. Dengan variasi mengajar suasana belajar akan bersemangat, dinamis, serta penuh harapan. Menurut Sardiman AM (2010:8) “dalam pelaksanaan variasi mengajar terdapat dua cara dalam melakukan variasi mengajar yaitu”:
Membangun Komunikasi Efektif. Pada proses belajar mengajar, pendekatan/cara yang digunakan guru sangatlah diperlukan. Menurut Sardiman AM (2010:8) komunikasi adalah “Memberitahukan dan menyebarkan berita, pengetahuan, pikiran-pikitan, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama”. Dengan demikian, peranan guru sangat diharapkan dalam membangun komunikasi agar interaksi dapat terlaksana dengan baik.
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2010:41) mengemukakan bahwa terdapat minimal lima strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya untuk menciptakan komunikasi efektif, yaitu”:

 1) Respek yaitu Komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai. Adanya penghargaan biasanya yang menimbulkan kesan serupa dari si penerima pesan. Guru akan sukses berkomunikasi dengan peserta didik bila ia melakukannnya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka peserta didik pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan guru.

 2) Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain., sebelum didengr dan dimengerti orang lain.Guru yang baik tidak akan menuntut peserta didiknya untuk mengerti keinginannya, tetapi ia akan berusaha memahami peserta didiknya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, juga mendengar keluhan dan harapan mereka. Di sini berarti seorang guru tidak hanya melibatkan komponen indrawinya saja, tetapi melibatkan pula mata hati dan perasaannya dalam memahami pelbagai yang ada pada peserta didiknya.

3) Audible berarti”dapat didengarkan”atau bias dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yan audible.

4) Jelas maknanya yaitu Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan peserta didik, seorang guru harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang merka pahami (melihat tingkatan usia).

5) Rendah hati yaitu Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak memandang rendah, lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri.

Memberikan Motivasi Pada Siswa. Motivasi dapat diartikan “sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno 2010:19)”. Sejalan dengan Sadirman AM (2008:75) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah “keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan itu, maka tujuan yang akan dicapai oleh siswa akan tercapai”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Udin dkk. (1997:102) mengemukakan bahwa motivasi adalah “Dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku”. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa motivasi adalah daya atau dorongan yang memberikan perubahan terhadap tingkah laku seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Udin S. Winataputra dan Tita Rosita (1993:104) mengemukakan bahwa pada dasarnya motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) Motivasi Intrinsik Adalah motivasi tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan dan tujuan siswa. Motivasi instrinsik datang dari diri anak sendiri, motivasi ini sering disebut juga motivasi murni. 2) Motivasi Ekstrinsik Adalah motivasi yang disebabkan oleh factor-faktor dari luar situasi belajar, seperti dalam bentuk pujian, hadiah persaingan, medali dan hukuman.
Sejalan dengan jenis motivasi pada uraian di atas, Sadirman AM (2008:85) ada tiga fungsi motivasi yaitu: 1) Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy.

 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak di capai. 3) Menyelesaikan perbuatan, yakni menetukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut

Kajian tentang Strategi Information Search (Pencarian Informasi)

Definisi Information Search

Dalam proses pembelajaran, strategi secara umum dapat diartikan sebagai garis besar untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Mansyur (2002:3) berpendapat bahwa “Strategi biasa diartikan sebagai pola umum perbuatan guru, murid dalam perwujudaan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang digariskan”. Sejalan dengan pendapat terebut, Hamalik (2010:10) mengatakan:“Pengertian strategi dalam proses belajar mengajar sudah tentu mengandung makna yang berbeda dengan pengertian dalam bidang kemiliterankarena dalam pengajaran, strategi mengandung maakna sebagai suatu upaya untuk mengurangi sampai titik minimal penggunaan metode ceramah dengan siswa yang aktif seperti seminar kelompok-proyek kerja kelompok”.
Strategi pencarian informasi (Information Search) dapat diartikan bahwa strategi pembelajaran mencari informasi. Dalam proses pembelajaran informasi dapat diperoleh melalui buku paket, koran, majalah atau internet. Hal ini dapat digunakan agar siswa memiliki informasi lebih tentang materi tersebut. Siswa akan menjadi lebih aktif informasi, guru membuat permasalahan yang dituangkan dalam lembar diskusi siswa (LDS). Sejalan dengan uraian tersebut, Silberman (2009:153) mengatakan bahwa “Strategi pencarian informasi dilakukan secara berkelompok, yang bertujuan agar permasalahan tersebut diselesaikan dengan cepat., dan apabila siswa malu bertanya kepada guru, siswa dapat bertanya dengan teman sekelompoknya, sehingga terjadi tukar pendapat antar anggota kelompok”.

 Kelebihan dan kelemahan Information Search

Pencarian informasi memiliki beberapa kelebihan. Menurut Silberman (2009:156) mengemukakan bahwa kelebihan pencarian informasi adalah:”

a)Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit gambaran menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan penjelsan dari guru.
b)aktif bertanya dan mencari informasi.
 c) Materi dapat diingat lebih lama. d) Kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari informasi tersebut tampa bantuan guru.
e)Mtumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas wawasan melalui tukar pendapat secara kelompok.
. f) Siswa belajar memecahkan masalah sendiri secara kelompok saling bekerjasama antar siswa yang pandai dengan siswa yangkurang pandai. Melalui langkah-langkah dalam strategi pencarian informasi akan membuat beberapa tahapan pembelajaran yang menggunakan strategi pencarian informasi yang dibantu dengan diskusi kelompok.

Langkah-langkah strategi Information Search

Sibermen (2009:153) mengemukakan “Strategi pencarian informasi dilakukan secara berkelompok, yang bertujuan agar permasalahan tersebut terselesaikan dengan cepat, dan apabila siswa malu bertanya kepada guru siswa dapat bertanya dengan teman sekelompoknya, sehingga terjadi tukar pendapat antar anggota kelompok”. Oleh karena itu, dalam  pelaksanaan peroses pembelajaran, langkah-langkah strategi pencarian informasi meliputi:
 1) Guru membuat suatu permasalahan, permasalahan tersebut siswa diminta mencari informasi agar permsalahan tersebut dapat diselesaikan. Permasalahan tersebut dituangkan ke dalam LDS, kemudian LDS dikerjakan secara berkelompok.
 2) Setelah siswa menyelesaikan LDS dengan waktu yang telah ditentukan, kemudian guru meminta siswa untuk mempersentasekan jawaban tersebut di depan kelas. Kemudian kelompok lain mendengarkan, menyampaikan pertanyaan, dan menyanggahnya, sehingga terjadi diskusi di kelas.
 3) Guru menegaskan kembali materi yang telah dibahas, hal ini bertujuan agar siswa tidak mengalami salah persepsi tentang materi tersebut.

Pentingnya Kemampuan Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
Salah satu komponen dalam proses pembelajaran yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pendidikan adalah guru. Guru merupakan salah satu unsur pada bidang pendidikan diharapkan berperan secara aktif menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai tuntutan masyarakat. Secara khusus dapat diartikan bahwa setiap diri guru terdapat tanggung jawab untuk membawa siswanya pada kedewasaan serta tarap kematangan tertentu.Dengan demikian, bahwa guru bukan hanya semata-mata sebagai pengajar tetapi sebagai pendidik sekaligus pembimbing serta menuntun siswa dalam belajar.
Menurut Sardiman AM (2010:125) mengatakan bahwa “Guru memiliki peran yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa atau anak didik ke taraf yang dicita-citakan”. Berkenaan dengan pendapat tersebut bahwa semua kegiatan guru harus didudukan semata-mata demi kepentingan siswa sesuai profesi dan tanggung jawabnya. Siswa merupakan penentu terjadinya proses belajar mengajar atau tidak terjadinya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat terjadi karena siswa memperoleh sesuai yang ada dilingkungan sekitar.

Dimyati dan Mujiono (2009:9) mengatakan bahwa “Belajar adalah suatu perilaku”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pada saat orang belajar, maka responnya menjdi lebih baik. Begitu juga sebaliknya jika seseorang tidak belajar, maka responnya menurun. Sejalan dengan hal tersebut, Dimyati dan Mujiono (2009:9) mengatakan bahwa dalam belajar ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut: 1) Kesempatan terjadi peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar. 2) Respon si pembelajar. 3) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.

Yang dimaksud dengan kerangka berpikir di dalam penelitian ini adalah bahwa si penulis bagaimana melakukan penelitian. Penelitian ini berawal dari kondisi guru bahwa kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar masih rendah, sehingga siswa hasil belajar masih rendah. Oleh karena itu, si peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan variasi mengajar dengan strategi Information Search, yang dilakukan secara terus menerus sampai tuntas. Setelah dilakukan tindakan oleh si peneliti, maka pada kondisi akhir hasil belajar dapat meningkat. Dengan demikian, penelitian tentang Peningkatan kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar Bahasa Indonesia Melalui Strategi Information Search  di SMP Negeri 2 Jangkang Kabupaten Sanggau dapat dikatakan berhasil sesuai yang diharapkan.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, diduga melalui Strategi Information Search  dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan variasi mengajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Jangkang Kabupaten Sanggau.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode dan Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan. Metode ini merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya (Hadari Nawawi, 2005:63). Sejalan dengan pengertian di atas, Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2010:15) mengatakan bahwa “metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telh ditetapkan”.Sedangkan bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Menurut Moleong (1994:4) mengemukakan bahwa “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Penulis memilih bentuk penelitian PTS karena peneliti ingin menggambarkan dengan fakta-fakta mengenai upaya Peningkatan kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar Bahasa Indonesia Melalui Strategi Information Search.

Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilakukan pada 

Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Jangkang Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau. Hal ini dilakukan  karena untuk mempermudah penelitian sehubungan dengan si peneliti sebagai Kepala Sekolah di Sekolah tersebut sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas. Sedangkan waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2020  Semester  genap tahun pelajaran 2019/2020. Karena ditinjau dari segi waktu serta perubahan sistem dan iklim belajar dipandang tepat pada bulan Mei. Hal ini juga sebagai bahan acuan untuk pembagian tugas guru pada semester selanjutnya.

Subjek Penelitian

  Subjek penelitian ini adalah Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Jangkang  Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau,  karena berdasarkan latar belakang bahwa jarak Guru ke sekolah cukup jauh sehingga variasi mengajar rendah. Hal ini terlihat selama proses belajar mengajar yaitu pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia subjek diartikan sebagai pokok bahasan. Oleh karena itu, subjek penelitian ini berjumlah 2 guru, yaitu 1 guru laki-laki dan 1 guru perempuan.

Prosedur Penelitian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:899) yang dimaksud prosedur adalah “tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivits”. Penelitian ini dilakukan pada guru  SMP Negeri 2 Jangkang,  Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau dan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research) dengan   dua siklus dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Pada setiap siklus dilakukan 4 tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, obsevasi, dan refleksi.

Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: 1) Teknik Observasi Langsung  adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap guru. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2011:226) mengatakan bahwa “Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para Ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Dengan demikian, bahwa observasi merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data. 2) Teknik Komunikasi Langsung adalah peneliti mengumpulkan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan objek penelitian. Sejalan dengan pendapat Hamid Darmadi (2012:158) mengemukakan bahwa “Pewawancara harus mempunyai petunjuk tertulis yang menunjukan pertanyaan apakah yang harus ditanyakan, bagaimana urutannya, serta pertanyaan spontan apakan yang diperbolehkan untuk memperoleh jawaban yang kurang lengkap”. Teknik komunikasi langsung dapat diartikan juga bahwa suatu teknik penelitian yang dilakukan dengan perantara alat, yaitu panduan wawancara. 3) Teknik Dokumentasi yaitu teknik dengan sumber informasinya berupa bahan-bahan tertulis atau tercatat. Menurut Zuldafrial (2010:46) mengatakan bahwa teknik dokumentasi adalah “suatu metode pengumpulan data dimana si peneliti mengumpulkan dan mempelajari data atau informan yang diperlukan mellui dokumen penting yang tersimpan”. Oleh karena itu, teknik dokumentasi dalam penelitian ini yaitu berupa foto-foto, arsip-arsip SMP Negeri 2 Jangkang Kabupaten Sanggau, buku Bahasa Indonesia, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan yang lainnya.
Instrumen  pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat sebagai berikut: 1) Panduan Observasi yaitu bentuk chek list (daftar chek). Daftar chek yang dimaksud adalah daftar yang dibuat dan disusun secara sistematis untuk mencatat hal-hal yang dianggap dan berkaitan dengan tujuan penelitian. Sejalan dengan hal tersebut, Bogdan n Taylor (1975:5) mengemukakan bahwa “Observation iis used here to refer to research characterized by a period of intense social interaction between the researcher and the subjects, in the meliu of the letter”. Artinya yaitu observasi dipergunakan disini untuk menunjuk ke tertandai penelitian oleh kemasyarakatan yang kuat di antara peneliti dan pokok materi, pada lingkungan pergaulan dari belakangan terjadi. Sejalan dengan hal tersebut, Borg (1983:436) mengatakan bahwa “interview is unique in that it involves direct verbal interaction between individuals”. Artinya bahwa wawancara adalah unik dimana melibatkan koleksi dari data melalui arahan interaksi pembicaraan diantara perorangan. Menurut Zuldafrial (2011:95) mengatakan bahwa “metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian”. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti menggunakan dokumentasi foto-foto dan arsip-arsip SMP negeri 2 Jangkang Kabupaten Sanggau, buku pelajaran Bahasa Indonesia, Silabus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan yang lainnya.

Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis data secara diskriptip kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi serta analisis data. Untuk menjawab rumusan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Rumusan masalah pertama akan dianalisis dengan deskriftif naratif (data kualitatif), dan 2) Rumusan masalah kedua dan ketiga akan dianalisis dengan statistik deskriftif (persentase).
Menurut Baogdan (dalam Sugiyono 2011:244) mengemukakan bahwa “analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang akan diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”. Analisis data pada penelitian kualitatif ini dilakukan saat pengumpulan data berlangsung serta setelah pengumpulan data dalam waktu tertentu. Menurut Miles dan Huberman (dalam Andi Prastomo, 2011:242) mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification”.

Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data dalam penelitian ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian yang beroientasi kualitatif berlangsung. Miles dan Hubermen (dalam Andi Prastomo, 2011:242) mengatakan bahwa “Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan”. Data yang diperoleh dilapangan ditulis dalam bentuk uraian berupa rangkuman hasil wawancara dengan aspek-aspek yang ingin diketahui dari kemampuan guru melakukan variasi mengajar Bahasa Indonesia di kelas VII dan VIII SMP negeri 2 Jangkang Kabupaten Sanggau. Dari rangkuman tersebut disusun secara sistematis serta difokuskan pada hal yang penting. Hasil wawancara dan observasi sebagai bahan mentah disingkat atau direduksikan serta disusun secara sistematis sehingga akan mudah dikendalikan.

Data Display (Penyajian Data)

Pada langkah ini adalah penyajian daya yaitu suatu rakitan organisasi informasi, deskrifsi dalam bentuk narasi lengkap yang selanjutnya untuk memungkinkan simpulan peneliti dapat dilakukan. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2011:249) mengatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Data penelitian ini disajikan dari permasalahan yang mengaitkan kemampuan guru Bahasa Indonesia melakukan variasi mengajar di kelas VII dan VIII SMP Negeri 2 Jangkang Kabupaten Sanggau merupakan data atau objek dalam kualitatif yang dirancang untuk merakit informasi secara tersusun dalam bentuk yang dapat diakses secara langsung, bentuk yang praktif agar peneliti lebih mudah melihat apa yang terjadi serta lebih mudah menarik simpulan.

Conclusion drawing/verification (Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Pada bagian ini penarikan kesimpulan sementara dari data yang sudah direduksi dan disajikan masih dapat diuji kembali dengan data dilapangan, melalui cara merefleksi kembali.  Peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011:252) mengemukakan bahwa “tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bikti-bukti yang valid saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel”. Oleh karena itu, pokok penelitian ini adalah kemampuan guru Bahasa Indonesia melakukan variasi mengajar melalui strategi information search di kelas VII dan VIII SMP Negeri 2 Jangkang Kabupaten Sanggau.

Indikator Penelitian 

Melalui Penelitian ini diharapkan dapat  meningkatkan kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam variasi mengajar dengan strategi Information Search (Pencarian Informsi) di SMP Negeri 2 Jangkang Kabupaten Sanggau. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan presentase ketuntasan belajar siswa setelah tindakan jika dibandingkan dengan sebelum tindakan melalui hasil observasi. Indikator penelitian ini meliputi: 1) Kemampuan guru dilihat dari proses pembelajaran yaitu  guru mampu melakukan variasi mengajar dengan strategi Information Search  minimal 70%. 2) Adanya respon/tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru melalui variasi mengajar dengan strategi Information Search  minimal 70%.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Hasil Penelitian

Kondisi Awal 

Pada awal sebelum pelaksanaan tindakan peningkatan kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search masih kurang. Hal ini didasari atas data awal yang dikumpulkan melalui metode observasi dan kuisioner yang dilakukan pada guru Bahasa Indonesia 65% guru Bahasa Indonesia belum atau kadang-kadang melakukan variasi mengajar melalui strategi information search, dan 35% guru Bahasa Indonesia sering melakukan variasi mengajar melalui strategi information search.

Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 

Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi dan studi dokumentasi, maka diperoleh profil mengenai Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Jangkang yang dijadikan lokasi penelitian. SMP ini beralamatkan di Jalan Merakai Balai Sebut. SMP Negeri 2 Jangkang merupakan satu-satunya SMP yang berada di ibu kota kecamatan. Secara keseluruhan bangunan SMP Negeri 2 Jangkang berada di dataran tinggi yang dikelilingi oleh kebun karet warga.
Warga sekolah seperti kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, guru, maupun karyawan sekolah seperti petugas tata usaha, bimbingan konseling dan petugas perpustakaan mengambil bagian dalam memberikan sikap dan perilaku yang harus dijadikan panutan dan contoh bagi siswa. Kedisiplinan di SMP Negeri 2 Jangkang dipegang kuat oleh seluruh warga sekolah. Setiap pagi selalu ada guru piket yang berada di depan ruang guru dan setiap siswa yang datang selalu meberikan salam. Kebiasaan ini dilakukan di SMP Negeri 2 Jangkang agar sikap disiplin dapat terbentuk dalam kepribadian masing-masing warga sekolah khususnya siswa.
Agar penelitian berjalan dengan lancar dan sesuai dengan target, maka terlebih dahulu harus dilakukan suatu persiapan baik secara formal maupun non formal. Persiapan formal merupakan persiapan yang ada hubungannya dengan prosedur pelaksanaan penelitian. Persiapan non formal adalah mempersiapkan diri terhadap kemampuan akan masalah-masalah yang akan diteliti. Mempersiapkan pedoman yang akan dijadikan acuan dalam melakukan observasi, untuk pedoman observasi digunakan pedoman pengamatan. Mengisi cek list (?) yang sudah disesuaikan dengan variabel yang telah ditentukan dalam lembar observasi. Acuan wawancara untuk guru Bahasa Indonesia serta siswa, yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang diinginkan peneliti, selain itu peneliti juga mempersiapkan kamera untuk dokumentasi.

Deskripsi Tindakan Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada bulan Februari minggu kedua dengan kegiatan sebagai berikut:

Perencanaan

Pada tahap ini ada beberapa yang dilakukan antara lain: a) Mencari kondisi awal kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. b) Menghubungi/memberitahu  guru Bahasa Indonesia untuk menjadi subjek penelitian serta member arahan  tentang pelaksanaan variasi mengajar melalui strategi information search. c) Membuat instrumen observasi, pengamatan, dan wawancara. d) Membuat jadwal pelaksanaan variasi mengajar melalui strategi information search.

Pelaksanaan

Pelaksanaan variasi mengajar melalui strategi information search dilakukan tanggal 10 Februari 2020 pukul 07.40 s.d. 11.10 WIB. Pada kegiatan ini hal yang dilakukan yaitu: a) Memberikan penjelasan tentang variasi mengajar dengan strategi information search terhadap guru Bahasa Indonesia. b) Menyampaikan penjelasan tentang komponen-komponen variasi mengajar terhadap guru Bahasa Indonesia. c) Menyampaikan penjelasan tentang variasi media dan bahan ajar terhadap guru Bahasa Indonesia. d) Menyampaikan penjelasan tentang prinsip melakukan variasi mengajar terhadap guru Bahasa Indonesia. e) Menyampaikan penjelasan tentang kelebihan dan kelemahan strategi information search terhadap guru Bahasa Indonesia. f) Menyampaikan penjelasan tentang langkah-langkah strategi information search terhadap guru Bahasa Indonesia. g) Melaksanakan pembelajaran  bagi guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. h) Mengamati Pelaksanaan variasi mengajar melalui strategi information search. i) Mengobservasi apakah ada perubahan kemampuan guru Bahasa Indonesia  dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search.

Hasil Pengamatan 

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi serta rekap kusioner tentang tingkat kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search dapat dilihat pada tabel 4.1:

Rekapitulasi Tingkat Kemampuan Guru Bahasa Indonesia Dalam Melakukan Variasi Mengajar Melalui Strategi Information Search Siklus 1

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search baru mencapai 35 % guru sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan adalah 70 %  atau jika 70% guru telah mencapat tingkat sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti berkesimpulan harus diadakan tindakan kembalipada siklus berikutnya atau siklus kedua. Selanjutnya, Berdasarkan hasil respon siswa serta rekap kusioner tentang tingkat kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search dapat dilihat pada tabel 4.2 :

Respon Siswa Tentang Tingkat Kemampuan Guru Bahasa Indonesia Dalam Melakukan Variasi Mengajar Melalui Strategi Information Search Siklus 1

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search menurut respon siswa baru mencapai 25 % guru sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan adalah 70 %  atau jika 70% guru telah mencapat tingkat sangat baik. Berdasarkan hasil respon siswa tersebut, peneliti berkesimpulan harus diadakan tindakan kembalipada siklus berikutnya atau siklus kedua.

Refleksi

    Dengan selesainya siklus I, maka diadakan refleksi tentang kelemahan serta kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama antar peneliti dengan guru Bahasa Indonesia sebagai subjek penelitian untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus kedua. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa guru belum secara penuh atau terus menerus melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Hal lain yang perlu dilakukan adalah peneliti perlu lebih aktif memberikan bimbingan dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search.

4.  Deskripsi Tindakan Siklus 2 

a.   Perencanaan 

Pada siklus 2 tahapan dan prosedur melakukan variasi mengajar melalui strategi information search sama dengan siklus 1 dengan kondisi awal hasil pelaksanaan melakukan variasi mengajar melalui strategi information search siklus 1 dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai hasil evaluasi pelaksanaan pada siklus 1. Dari hasil refleksi pada siklus 1 perlu dilakukan perencanaan yang lebih baik untuk melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada siklus 2. Pada siklus 2 ini juga dilibatkan siswa yang mempunyai prestasi dikelasnya untuk menjadi responden. 

b.    Pelaksanaan 

Pelaksanaan variasi mengajar melalui strategi information search dilakukan    pada tanggal 17 Februari 2020  pukul 07.40 s.d. 11.10 WIB yaitu: a) Memberikan penekanan kembali tentang variasi mengajar dengan strategi information search terhadap guru Bahasa Indonesia. b) Menyampaikan penjelasan dan penekanan kembali tentang komponen-komponen variasi mengajar terhadap guru Bahasa Indonesia. c) Menyampaikan penjelasan dan penekanan kembali tentang variasi media dan bahan ajar terhadap guru Bahasa Indonesia. d) Menyampaikan penjelasan dan penekanan kembali tentang prinsip melakukan variasi mengajar terhadap guru Bahasa Indonesia. e) Menyampaikan penjelasan dan penekanan kembali tentang kelebihan dan kelemahan strategi information search terhadap guru Bahasa Indonesia. f) Menyampaikan penjelasan dan penekanan kembali tentang langkah-langkah strategi information search terhadap guru Bahasa Indonesia. g) Melaksanakan pembelajaran kembali di kelas bagi guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. h) Mengamati Pelaksanaan variasi mengajar melalui strategi information search. i) Mengobservasi apakah ada perubahan kemampuan guru Bahasa Indonesia  dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search.

c.    Hasil Pengamatan 

Dari hasil pengamatan dan observasi serta rekap kuesioner tingkat kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search  pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.3: 

Rekapitulasi Tingkat Kemampuan Guru Bahasa Indonesia Dalam Melakukan Variasi Mengajar Melalui Strategi Information Search Siklus 2

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search sebanyak 80% guru sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan adalah 70%, atau bila guru 70% sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Peningkatan kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search telah  melebihi indikator yang telah ditetapkan. Dari hasil respon siswa serta rekap kuesioner tingkat kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search  pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.4 : 

Respon Siswa Tentang Tingkat Kemampuan Guru Bahasa Indonesia Dalam Melakukan Variasi Mengajar Melalui Strategi Information Search Siklus 2

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kemampuan guru berdasarkan respon siswa dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search sebanyak 85% guru sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan adalah 70%, atau bila guru 70% sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Peningkatan kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search telah  melebihi indikator yang telah ditetapkan.

Evaluasi dan Refleksi 

Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus kedua maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus kedua tersebut. Dari hasil observasi dan data yang diperoleh, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus kedua dinyatakan berhasil, karena terdapat 80%, guru sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search, atau melebihi target yang telah ditentukan sebesar 70%.

B. Pembahasan

1. Implementasi Information Search Dalam Meningkatkan Kemampuan Guru    Menggunakan Variasi Mengajar

Dari hasil wawancara secara mendalam serta observasi atau pengamatan dapat diketahui pemahaman guru Bahasa Indonesia mengenai variasi pembelajaran Bahasa Indonesia Strategi  Information Search. Menurut Sacekavianus Kavia selaku guru Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 2 Jangkang, Bahasa Indonesia adalah suatu pembelajaran yang memerlukan pemahaman serta ketelitian dalam menyampaikan materi pembelajaran (wawancara tanggal 4 Februari 2020), diperoleh data sebagai berikut: a) Dari 15 pertanyaan yang disampaikan peneliti pada siklus I hanya 8 pertanyaan yang sesuai dengan harapan sesuai dengan kajian teori. b) Penggunaan media pembelajaran masih kurang/kadang-kadang, hal ini kurangnya kreatifitas guru dalam menyediakan media. c) Cara yang digunakan guru dalam melakukan variasi mengajar dengan strategi information search masih belum dipahami dengan baik. d) Kurangnya pemahaman tentang variasi-variasi mengajar dengan strategi information search, sehingga masih kurang sesuai dengan yang diharapkan. Senada dengan Sacekavianus Kavia, Rina Meilayati selaku guru Bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 2 Jangkang menjelaskan tentang Pelajaran Bahasa Indonesia adalah merupakan integrasi dari berbagai cabang mata pelajaran yang ada di sekolah (wawancara tanggal 11 Februari 2020), diperoleh data sebagai berikut: a) Dari 15 pertanyaan yang disampaikan peneliti pada siklus I hanya 6 pertanyaan yang sesuai dengan harapan sesuai dengan kajian teori. b) Dalam menggunakan media pembelajaran masih kurang/kadang-kadang, hal ini kurangnya kreatifitas guru dalam menyediakan media. c) Melakukan variasi mengajar dengan strategi information search yang digunakan guru dalam masih belum dipahami dengan baik. d) Variasi-variasi mengajar dengan strategi information search masih kurang sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru Bahasa Indonesia terhadap kemampuan dalam menggunakan variasi mengajar dengan strategi information search masih rendah. Kedua guru Bahasa Indonesia dari sekolah  yang sama dijadikan tempat penelitian yaitu SMP Negeri 2 Jangkang berpendapat bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia adalah merupakan penggabungan dari disiplin-disiplin ilmu yang kemudian dipadukan menjadi satu. 

Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran Bahasa Indonesia akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak. 

Berdasarkan hasil refleksi antara peneliti dengan guru sebagai subjek penelitian, maka perlu dilanjutkan kesiklus kedua. Ini dimaksudkan agar adanya perubahan- perubahan dalam melakukan variasi mengajar melalui srtategi information search. Dengan demikian disepakati dilaksanakan siklus kedua yaitu tanggal 17 Februari 2020. 

Dari hasil pelaksanaan siklus kedua diperoleh hasil bahwa guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar dengan strategi information search sudah sangat baik. Kenyataan ini terbukti hasil observasi dan wawancara 80% guru Bahasa Indonesia sudah sangat baik melaksanakan variasi mengajar dengan strategi information search.

Dalam pernyataan tersebut jelas bahwa sebagai pemacu dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah melalui eksplorasi topik. Dalam eksplorasi topik diperlukan variasi serta strategi  dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan demikian guru perlu melakukan variasi-variasi serta strategi agar pembelajaran menjadi menyenangkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru terhadap konsep pembelajaran Bahasa Indonesia melalui variasi dan strategi Information Search sudah sangat baik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru sudah menjalankan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep dalam kegiatan pembelajaran melalui penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif. 

Kemampuan Guru Dalam Menggunakan Variasi Mengajar Melalui Strategi Information Search

Indikator keberhasilan tindakan yaitu apabila 70% guru sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Pada saat kondisi awal sebelum tindakan diketahui bahwa 65% guru Bahasa Indonesia cukup melakukan variasi mengajar melalui strategi information search, dan 35% guru Bahasa Indonesia baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search.

Setelah tindakan siklus 1 dilaksanakan terjadi peningkatan kemampuan guru melakukan variasi mengajar melalui strategi information search sebagai berikut: a) Hanya terdapat 35% guru yang sangat baik  melakukan variasi mengajar melalui strategi information search dan 50% guru Bahasa Indonesia baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Ini berarti 15% guru Bahasa Indonesia cukup melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. b) Terdapat 65 % guru Bahasa Indonesia cukup melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada saat sebelum dilakukan tindakan, dan setelah dilakukan tindakan hanya 15% guru Bahasa Indonesia cukup melakukan variasi mengajar melalui strategi information search ini terjadi peningkatan sebesar 50 %. c) 35% guru Bahasa Indonesia baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada saat sebelum dilakukan tindakan, dan setelah dilakukan tindakan menjadi 50% guru Bahasa Indonesia baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search, ini terjadi peningkatan sebesar 15 %. d) Terdapat 0% guru Bahasa Indonesia sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada saat sebelum dilakukan tindakan, dan setelah dilakukan tindakan menjadi 35% guru Bahasa Indonesia sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search ini terjadi peningkatan sebesar 35 %.

Namun demikian hasil tindakan pada siklus 1 belum mencapai target sesuai indikator yang telah ditentukan yaitu 70% pada tingkat sangat baik, sehingga dilaksanakan tindakan siklus 2 dengan hasil sebagai berikut: a) Terdapat 35% guru Bahasa Indonesia sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada tindakan pertama, dan setelah dilakukan tindakan kedua menjadi 80% guru Bahasa Indonesia sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search ini terjadi peningkatan sebesar 45 %. b) Terdapat 15% guru Bahasa Indonesia baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada tindakan kedua. c) Terdapat 5% guru Bahasa Indonesia cukup melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada tindakan kedua.

Dari data ini berarti indikator keberhasilan tindakan sudah terpenuhi bahkan sudah melebihi dari target, sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus 2 dinyatakan berhasil. Hal ini terlihat dari persentase yang diperoleh dari data tersebut.

      Tindakan yang telah mencapai hasil 80% melampaui indikator yang telah ditetapkan yaitu 70%. Hal ini menunjukkan bahwa guru Bahasa Indonesia melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada tindakan kedua dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search.

Respon Siswa terhadap Proses Pembelajaran Yang Dilakukan Guru Melalui Variasi Mengajar Dengan Strategi Information Search

Berdasarkan hasil respon siswa serta rekap kusioner tentang tingkat kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada siklus 1 diperoleh data sebagai berikut: a) Hanya terdapat 25% guru yang sangat baik  melakukan variasi mengajar melalui strategi information search dan 55% guru Bahasa Indonesia baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Ini berarti 20% guru Bahasa Indonesia cukup melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. b) Terdapat 50% guru Bahasa Indonesia cukup melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada saat sebelum dilakukan tindakan, dan setelah dilakukan tindakan hanya 20% guru Bahasa Indonesia cukup melakukan variasi mengajar melalui strategi information search ini terjadi peningkatan sebesar 30%. c) 45% guru Bahasa Indonesia baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada saat sebelum dilakukan tindakan, dan setelah dilakukan tindakan hanya 55% guru Bahasa Indonesia cukup melakukan variasi mengajar melalui strategi information search ini terjadi peningkatan sebesar 10%. d) Terdapat 5% guru Bahasa Indonesia sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada saat sebelum dilakukan tindakan, dan setelah dilakukan tindakan hanya 25% guru Bahasa Indonesia sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search ini terjadi peningkatan sebesar 20%.

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search menurut respon siswa baru mencapai 25% guru selalu melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan adalah 70%  atau jika 70% guru telah mencapat tingkat selalu. Berdasarkan hasil respon siswa tersebut, peneliti berkesimpulan harus diadakan tindakan kembalipada siklus berikutnya atau siklus kedua.

Dari hasil respon siswa serta rekap kuesioner tingkat kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search  pada siklus 2 diperoleh data sebagai berikut : a) Terdapat 25% guru Bahasa Indonesia sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada tindakan pertama, dan setelah dilakukan tindakan kedua menjadi 85% guru Bahasa Indonesia selalu melakukan variasi mengajar melalui strategi information search ini terjadi peningkatan sebesar 50%. b) Terdapat 10% guru Bahasa Indonesia baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada tindakan kedua. c) Terdapat 5% guru Bahasa Indonesia cukup melakukan variasi mengajar melalui strategi information search pada tindakan kedua.

Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kemampuan guru berdasarkan respon siswa dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search sebanyak 85% guru sangat baik melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan adalah 70%, atau bila guru 70% sangat baik  melakukan variasi mengajar melalui strategi information search. Peningkatan kemampuan guru dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search telah  melebihi indikator yang telah ditetapkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan hasil tindakan disimpulkan bahwa pelaksanaan variasi mengajar melalui strategi information search secara signifikan meningkatkan kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search.

Data yang diperoleh menunjukan bahwa setelah diadakan penerapan tindakan tentang kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melakukan variasi mengajar melalui strategi information search diperoleh data sebagai berikut:a) Implementasi Information Search Dalam Meningkatkan Kemampuan Guru    Menggunakan Variasi Mengajar Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Jangkang sangat baik. Hal ini terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti yaitu dengan 15 pertanyaan 80% sangat baik.b) Kemampuan Guru Dalam Menggunakan Variasi Mengajar Melalui Strategi Information Search di SMP Negeri 2 Jangkang sangat baik. Hal ini didasarkan atas data hasil penelitian yaitu 80% sangat baik, 15% baik, dan 5% cukup. c) Respon Siswa terhadap Proses Pembelajaran Yang Dilakukan Guru Melalui Variasi Mengajar Dengan Strategi Information Search di SMP Negeri 2 Jangkang sangat baik. Hal ini dilihat dari data penelitian yaitu 85% sangat baik, 10% baik, dan 5% cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Bog R. dan Taylor S. 1975. Introductional Too Qualitative Researceh Methods. New York: John Wiley & Soons, Inc.

Borg R.W. 1983. Educatioonal Research An Introduction. New York: Logman.

Departemen Pendidikan Nasioanal, 2001: Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Jakarta:      Balai Pustaka. 

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eka Prihatin. 2008. Guru Sebagai Fasilitator. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada.

Hadari Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Hamalik O. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamid Darmidi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Mansyur. 2002. Metode Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong. J. Lexy. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rodakarya.

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.

Sadirman A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Royagrafindo Persada.

Sardiman A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Siberman. 2009. Active Learning. Yogyakarta: Bumimedia.

Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:  Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Udin dkk.. 1997.  Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Udin S. Winataputra dan Tita Rosita. 1993. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta   Depdikbud.

Zuldafrial. 2010. Penelitian Kualitatif. Pontianak: Stain Press.

Zuldafrial. 2011. Penelitian Kualitatif. Pontianak: Stain Press.