Evaluasi Program Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Barat

Evaluasi Program Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Barat


Upaya Khusus Percepatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting  (UPSUS SIWAB) yang diluncurkan oleh Kementan sejak 2016 lalu mencakup dua program utama yaitu peningkatan populasi melalui Inseminasi Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka).  Namun, untuk mengevaluasi konsep dan implementasi dari kegiatan SIWAB, perlu umpan balik dari kalangan yang lebih luas. Pada hari Kamis tanggal 28 November 2018 telah dilangsungkan seminar Akhir Riset Swakelola Mandiri dengan topik ”Evaluasi Program Upsus Siwab Tahun 2017 di Provinsi kalimantan Barat”.

Ini merupakan seminar yang cukup strategis dan memiliki kaitan luas ke seluruh bagian. Bahan seminar disampaikan oleh Achmad Nashar Setyabudi, SP. (Koordinator Peneliti), Dr. Ir. A. Tohardi, MM  (Anggota Peneliti) dan Dr. Arifin, S.Sos, M.AB (Anggota Peneliti).

Pada intinya, seminar ini menelaah secara kritis konsep program upaya khusus sapi indukan wajib bunting, mengevaluasi implementasinya dan juga perkiraan dampak ekonomi program di masyarakat. Sebagaimana diketahui, Upsus SIWAB merupakan keberlanjutan dari program swasembada daging sapi/kerbau 2000-2004, 2005-2009, dan 2010-2014. Kemudian dilanjutkan beberapa program yaitu percepatan peningkatan populasi melalui  Kegiatan GBIB (Gertak Birahi Dan Optimalisasi IB) dan Gangrep (Tahun 2015), dan Optimalisasi Reproduksi dan Penanganan Gangrep (Tahun 2016). Tahun 2017 ini, Upsus Siwab bertujuan untuk percepatan  peningkatan populasi sapi dan kerbau bunting.

Seperti program-program lainnya, terdeteksi beberapa permasalahan dalam Program Siwab yaitu pedoman yang bersifat umum, keberhasilan implementasi yang sangat dipengaruhi kondisi lapangan yang berbeda menurut daerah, program menghadapi kondisi yang berbeda di tiap propinsi, dan berbagai masalah dan kendala lain. Untuk itu, perlu dilakukan kajian yang bersifat evaluasi dari berbagai pihak terkait baik di Pemerintah Pusat hingga di tingkat Pemda.

Secara teori, kerangka pikir siklus kerja dan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan Program Upsus Siwab dimulai dari kondisi ternak betina sasaran, kondisi ternak pejantan atau petugas, fasilitas IB, dan kemampuan peternak. Penyusunan grand design yang baik telah dibuat seperti operasionalisasi Upsus Siwab, penetapan status reproduksi dan penanganan Gangrep, penyediaan semen beku, tenaga teknis, sarana IB dan pelaksanaan IB, distribusi dan ketersediaan semen beku, N2Cair dan kontainer, pemenuhan HPT dan konsentrat, pengendalian pemotongan betina produktif, serta sistem Monev dan pelaporan.

Saran yang disampaikan dalam seminar ini adalah : perlu dicarikan model untuk menetukan biaya operasional inseminator,perlunya perbaikan SOP yang dapat menjamin ketersediaan N2 cair dan Straw, perlu melengkapi sarana prasarana petugas lapangan, dan perlu dilakukan penyuluhan kepada peternak.

Kabupaten Sanggau melalui Dinas Perkebunan dan Peternakan yang diwakili oleh Kasi Perbibitan dan Produksi Peternakan, Finy Widiyanti, S.Pt sendiri ikut memberikan masukan berupa dalam rangka penyelamatan betina produktif dapat dilakukan dengan membentuk Koperasi untuk dana talangan.

 


DPP